May 9, 2012
Saving Each Other's Life
Aku mencoba menjadi seorang ayah yang baik. Mengajak anak-anakku bermain-main. Bekerja lembur agar bisa membayari pulsa untuk sms mereka. Membawa mereka ke tempat foto dengan baju renang. Tetapi dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Dick Hoyt, aku kalah.
Delapan puluh lima kali ia telah mendorong anaknya yang lumpuh, Rick, di atas kursi roda masing-masing sejauh 26,2 mil dalam perlombaan marathon. Delapan kali ia tidak saja mendorong anaknya 26,2 mil di atas kursi rodanya tetapi juga menyeretnya sepanjang 2,4 mil dalam sebuah perahu karet sambil berenang dan memboncengkan anaknya di atas kursi yang diletakkan di atas stang sepeda sejauh 112 mil – semuanya dilakukan pada hari yang sama.
Dick juga telah menarik anaknya yang lumpuh itu dalam perlombaan ski cross country, kemudian menggendongnya mendaki gunung dan sekali melintasi Amerika Serikat dari Timur ke Barat naik sepeda. Hal-hal itu membuat kita yang mengajak anak kita main bowling menjadi tampak payah, ya?
Dan apakah yang telah Rick lakukan bagi ayahnya? Tidak banyak – hanya menyelamatkan jiwanya. Kisah kasih ini mulai di Winchester, Massachussets, 43 tahun lalu, ketika Rick terlilit tali ari selama persalinan, sehingga membuat otaknya rusak dan tidak dapat menggerak-gerakkan anggota badannya.
”Ia akan menjadi seperti sayuran sepanjang hidupnya,” kata Dick menirukan perkataan para dokter kepadanya dan isterinya, Judy, ketika Rick berumur sembilan bulan. ”Taruh saja dia di Lembaga Rehabilitasi Cacat.”
Namun keluarga Hoyt tidak menerima usul itu. Mereka perhatikan bahwa mata Rick selalu mengikuti mereka berkeliling ruangan. Ketika Rick berusia 11 tahun mereka membawanya ke Departemen Teknik di Universitas Tufts dan menanyakan kepada mereka apakah ada alat yang dapat dibuat agar anak itu dapat berkomunikasi. ”Tidak bisa,” kata mereka. ”Tidak ada apa-apa di otaknya.” ”Coba katakan lelucon,” kata Dick menantang. Mereka melawak. Rick tertawa. Itu membuktikan bahwa otak anak itu hidup.
Dilengkapi dengan sebuah komputer yang memungkinkan ia bisa mengendalikan kursor dengan menyentuh tombol di samping kepalanya, Rick akhirnya dapat berkomunikasi dengan orang-orang. Perkataan apa yang pertama kali ditulis oleh Rick? “Ayo, Bruins!” Orang-orang pada ketawa menanggapi selera humor Rick. Dan setelah seorang teman SMA lumpuh akibat suatu kecelakaan dan sekolah mengadakan perlombaan lari untuk mengumpulkan sumbangan baginya, Rick merengek, “Ayah, aku mau ikut lomba lari itu!”
Yah, betul juga. Bagaimana Dick, yang menyebut dirinya ”si lamban” yang tidak pernah lari lebih dari satu mil mau mendorong kursi roda anaknya sambil berlari lima mil? Meskipun demikian, ia mencoba. ”Akibatnya aku yang lumpuh,” kata Dick, ”aku kesakitan dan pegal-pegal selama dua minggu berikutnya.”
Hari itu mengubah hidup Rick. ”Ayah,” kata Rick dengan mengetik,”ketika kita berlari, rasanya aku bukan orang cacat lagi!” Dan perkataan itu mengubah hidup Dick. Ia menjadi terobsesi untuk selalu memberi Rick perasaan seperti itu sesering yang ia dapat lakukan. Ia melatih tubuh dan otot-ototnya sehingga ia dan Rick akan dapat siap menghadapi perlombaan marathon Boston pada tahun 1979.
“Tidak bisa,” kata para ofisial perlombaan itu. Pasangan Hoyt itu bukan pelari tunggal dan tidak ada pesaing yang juga menggunakan kursi roda. Selama beberapa tahun Dick dan Rick hanya ikut-ikutan lari saja, sampai mereka diterima secara resmi sebagai peserta marathon. Pada tahun 1983 mereka mengikuti perlombaan marathon lainnya begitu cepat sehingga mereka mendapatkan waktu yang memenuhi syarat untuk ikut marathon Boston pada tahun berikutnya.
Kemudian seseorang berkata, “Hei, Dick, kenapa tidak coba triatlon saja?” Bagaimana seseorang yang tidak pernah bisa berenang dan tidak pernah naik sepeda sejak usia 6 tahun akan menarik anaknya dengan berat 55 kg dalam sebuah perlombaan triatlon? Namun demikian, Dick mencoba juga.
Hingga kini mereka telah mengikuti 212 kali triatlon, termasuk empat kali mengikuti triatlon Ironmans yang berlangsung 15 jam di Hawaii. Pasti sangat berat sekali bagi seorang pemuda 25 tahun ditarik oleh orang tua yang berenang sambil menarik perahu karet yang dimuati anaknya, ya tidak?
Hei, Dick, kenapa tidak kamu berlomba sendirian saja? “Tak mau,” katanya. Dick melakukan itu semata-mata untuk ”perasaan luar biasa” yang ia peroleh ketika melihat Rick tersenyum selama mereka berlari, berenang dan naik sepeda bersama.
Tahun ini, pada usia 65 tahun dan 43 tahun, Dick dan Rick telah menyelesaikan perlombaan marathon Boston sebanyak 24 kali, menempatkan mereka di nomor urut 5083 dari 20.000 peserta. Waktu terbaik mereka? Dua jam empat puluh menit pada tahun 1992, hanya 35 menit di bawah rekor dunia marathon oleh seorang pemuda yang tidak perlu mendorong kursi roda orang lain. “Tidak salah lagi,” kata Rick dengan mengetik, ”Ayahku adalah Ayah Terhebat Di Abad ini.”
Dan Dick menemukan sesuatu yan lain dari semuanya ini. Dua tahun yang lalu ia terkena serangan jantung ringan selama ia mengikuti perlombaan. Para dokter menemukan bahwa salah satu pembuluh darahnya tersumbat 95%. ”Kalau anda tidak dalam kondisi prima,” salah satu dokter itu berkata, ”pastilah anda sudah meninggal 15 tahun lalu.” Jadi, dengan cara tertentu, Dick dan Rick saling menyelamatkan jiwa masing-masing.
Rick, yang sekarang memiliki apartemen sendiri (ia tinggal di sebuah rumah perawatan) bekerja di Boston. Dick, pensiunan militer tinggal di Holland, Massachusetts, selalu berusaha untuk selalu bersama. Mereka memberi ceramah di seluruh Amerika dan ikut perlombaan berat setiap akhir pekan, termasuk pada Hari Ayah tahun ini.
Pada malam itu Rick akan mentraktir makan malam, tetapi sesungguhnya yang dia inginkan adalah memberi kado yang tak dapat dibeli ayahnya. ”Suatu hal yang paling aku inginkan,” kata Rick dengan mengetik, ”adalah membiarkan ayah duduk di kursi roda dan saya mendorongnya sekali saja.”
*****
I try to be a good father. Give my kids mulligans. Work nights to pay for their text messaging. Take them to swimsuit shoots. But compared with Dick Hoyt, I suck.
Eighty-five times he's pushed his disabled son, Rick, 26.2 miles in Marathons. Eight times he's not only pushed him 26.2 miles in a wheelchair but also towed him 2.4 miles in a dinghy while swimming and pedaled him 112 miles in a seat on the handlebars--all in the same day. Dick's also pulled him cross-country skiing, taken him on his back mountain climbing and once hauled him across the U.S. on a bike. Makes taking your son bowling look a little lame, right?
And what has Rick done for his father? Not much--except save his life. This love story began in Winchester, Mass., 43 years ago, when Rick was strangled by the umbilical cord during birth, leaving him brain-damaged and unable to control his limbs.
"He'll be a vegetable the rest of his life," Dick says doctors told him and his wife, Judy, when Rick was nine months old. "Put him in an institution." But the Hoyts weren't buying it. They noticed the way Rick's eyes followed them around the room.
When Rick was 11 they took him to the Engineering Department at Tufts University and asked if there was anything to help the boy communicate. "No way," Dick says he was told. "There's nothing going on in his brain." "Tell him a joke," Dick countered. They did. Rick laughed. Turns out a lot was going on in his brain. Rigged up with a computer that allowed him to control the cursor by touching a switch with the side of his head, Rick was finally able to communicate. First words? "Go Bruins!"
And after a high school classmate was paralyzed in an accident and the school organized a charity run for him, Rick pecked out, "Dad, I want to do that." Yeah, right. How was Dick, a self-described "porker" who never ran more than a mile at a time, going to push his son five miles? Still, he tried. "Then it was me who was handicapped," Dick says. "I was sore for two weeks."
That day changed Rick's life. "Dad," he typed, "when we were running, It felt like I wasn't disabled anymore!" And that sentence changed Dick's life. He became obsessed with giving Rick that feeling as often as he could.
He got into such hard-belly shape that he and Rick were ready to try the 1979 Boston Marathon. "No way," Dick was told by a race official. The Hoyts weren't quite a single runner, and they weren't quite a wheelchair competitor. For a few years Dick and Rick just joined the massive field and ran anyway, then they found a way to get into the race officially: In 1983 they ran another marathon so fast they made the qualifying time for Boston the following year.
Then somebody said, "Hey, Dick, why not a triathlon?" How's a guy who never learned to swim and hadn't ridden a bike since he was six going to haul his 110-pound kid through a triathlon? Still, Dick tried.
Now they've done 212 triathlons, including four grueling 15-hour Ironmans in Hawaii. It must be a buzzkill to be a 25-year-old stud getting passed by an old guy towing a grown man in a dinghy, don't you think?
Hey, Dick, why not see how you'd do on your own? "No way," he says. Dick does it purely for "the awesome feeling" he gets seeing Rick with A cantaloupe smile as they run, swim and ride together.
This year, at ages 65 and 43, Dick and Rick finished their 24th Boston Marathon, in 5,083rd place out of more than 20,000 starters. Their best time? Two hours, 40 minutes in 1992--only 35 minutes off the World Record, which, in case you don't keep track of these things, happens to be held by a guy who was not pushing another man in a wheelchair at the time.
"No question about it," Rick types. "My dad is the Father of the Century."
And Dick got something else out of all this too. Two years ago he had a mild heart attack during a race. Doctors found that one of his arteries was 95% clogged. "If you hadn't been in such great shape," one doctor told him, "you probably would've died 15 years ago." So, in a way, Dick and Rick saved each other's life.
Rick, who has his own apartment (he gets home care) and works in Boston, and Dick, retired from the military and living in Holland, Mass., always find ways to be together. They give speeches around the country and compete in some backbreaking race every weekend, including this Father's Day.
That night, Rick will buy his dad dinner, but the thing he really wants to give him is a gift he can never buy. "The thing I'd most like," Rick types, "is that my dad sit in the chair and I push him once."
Source: Pentas Kesaksian
God Still Speaks And Answers Prayers
Tuhan Masih Berbicara Dan Menjawab Doa
Seorang pemuda baru saja mengikuti Pendalaman Alkitab Rabu Malam. Pendeta itu membagikan pesan tentang bagaimana mendengarkan dan menaati suara Tuhan. Anak muda itu terheran-heran, ”Apakah Tuhan masih berbicara kepada umat-Nya?” Setelah kebaktian itu, ia pergi bersama beberapa teman untuk minum kopi dan makan kue pai, dan mereka mendiskusikan pesan itu. Beberapa orang menceritakan bagaimana Tuhan telah menuntun mereka dengan cara yang berbeda-beda.
Kira-kira jam 10 malam pemuda itu pulang ke rumahnya. Sambil duduk di mobilnya ia mulai berdoa, "Ya, Tuhan, seandainya Engkau masih berbicara kepada orang-orang, berbicaralah kepadaku. Aku akan mendengarkan. Aku akan melakukan segala hal yang terbaik untuk taat." Begitu ia mengendarai mobil itu melewati jalan utama, ia mendapatkan pikiran yang paling aneh untuk menghentikan mobilnya dan membeli segalon susu. Ia menggelengkan kepalanya dan berteriak dengan keras, ”Ya, Tuhan! Apakah ini suara-Mu?” Ia tidak mendapatkan jawaban apa-apa dan ia mulai mengendarai mobilnya lagi.
Namun lagi-lagi ia memikirkan untuk membeli segalon susu. Pemuda itu berpikir tentang Samuel dan bagaimana Samuel tidak mengenali suara Tuhan, dan bagaimana Samuel yang kecil bertanya kepada Imam Eli.
”Baiklah, ya Tuhan, kalau ini benar Engkau, aku akan membeli susu.” Nampaknya ini tidak sulit diuji kebenarannya. Kalaupun keliru, ia dapat meminum susu itu. Ia berhenti dan membeli segalon susu dan mulai mengarahkan mobilnya pulang.
Ketika ia melewati Seventh Street, ia mulai merasakan dorongan lagi, ”Belok ke jalan itu.” Ini gila, pikirnya, dan ia terus saja melewati perempatan itu. Kembali ia merasa harus berbelok ke Seventh Street. Pada perempatan berikutnya, ia memutar arah dan berbelok ke Seventh Street. Dengan setengah bercanda, ia berteriak dengan lantang, ”Baiklah, ya Tuhan, aku mau taat!”
Ia maju beberapa blok, ketika tiba-tiba, ia merasa harus berhenti. Ia menepikan mobilnya dan melihat-lihat sekeliling. Ia berada di daerah perdagangan di kota itu. Daerah itu bukan daerah terbaik, namun juga bukan lingkungan terburuk. Toko-toko dan kantor di situ sudah tutup dan kebanyakan rumah di sekitar itu tampak gelap, sepertinya orang-orang itu sudah pada tidur.
Kembali lagi, ia merasakan sesuatu, “Pergilah dan berikan susu itu kepada orang yang ada di rumah di seberang jalan itu.” Pemuda itu memperhatikan rumah yang dimaksud. Rumahnya gelap dan tampaknya penghuni rumah sedang pergi atau sudah pergi tidur. Ia mulai membuka pintu mobilnya dan kemudian berbalik duduk lagi.
“Tuhan, ini gila. Orang-orang ini sudah tidur dan kalau aku membangunkan mereka, mereka akan marah kepadaku dan aku akan tampak bodoh.” Lagi-lagi, ia merasa harus pergi dan memberikan susu itu. Akhirnya, ia membuka pintu mobilnya dan berkata, ”Baiklah, ya Tuhan, jika ini Engkau, aku akan pergi ke rumah itu dan aku akan memberikan kepada mereka susu ini. Seandainya Engkau ingin aku tampak seperti orang gila, oke saja. Aku mau taat. Paling tidak aku akan tahu sesuatu. Kalau mereka tidak segera keluar, aku akan pergi dari sini.”
Ia berjalan menyeberangi jalan itu dan membunyikan bel. Ia dapat mendengar keributan di dalam rumah itu. Teriakan seorang pria terdengar, ”Siapa di luar? Mau apa?” Kemudian pintunya terbuka sebelum pemuda itu dapat melarikan diri.
Pria itu berdiri di hadapan pemuda itu, memakai jins dan kaos oblong. Ia tampaknya baru bangun dari ranjang. Wajahnya tampak heran dan tidak terlalu senang mendapatkan orang asing berdiri di pintu rumahnya. ”Ada apa?” Pemuda itu menyorongkan galon susu, ”Terimalah ini, aku membawanya untukmu” Pria itu segera mengambil susu dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Kemudian dari dalam tampaklah seorang wanita membawa susu itu ke dapur. Pria itu mengikuti isterinya sambil menggendong seorang bayi. Bayi itu sedang menangis. Pria itu mencucurkan air mata. Ia mulai berkata dan setengah menangis, “Kami baru saja berdoa. Kami memiliki tagihan yang banyak dan kehabisan uang. Kami tidak memiliki uang untuk membeli susu bagi bayi kami. Aku baru saja berdoa dan meminta Tuhan untuk mendapatkan susu.” Isterinya dari dapur berteriak, ”Aku berdoa supaya Ia mengirimkan malaikat. Apakah engkau seorang malaikat?”
Pemuda itu merogoh dompetnya dan menarik semua uang yang ada dan memberikannya kepada pria itu. Ia berbalik dan berjalan menuju mobilnya, sementara airmatanya mengalir di wajahnya. Ia tahu bahwa Tuhan masih berbicara dan menjawab doa-doa.
***
God Still Speaks and Answers Prayers
A young man had been to Wednesday Night Bible Study. The Pastor had shared about listening to God and obeying the Lord's voice. The young man couldn't help but wonder, "Does God still speak to people?" After service, he went out with some friends for coffee and pie and they discussed the message. Several different ones talked about how God had led them in different ways.
It was about ten o'clock when the young man started driving home. Sitting in his car, he just began to pray, "God...If You still speak to people, speak to me. I will listen. I will do my best to obey." As he drove down the main street of his town, he had the strangest thought to stop and buy a gallon of milk. He shook his head and said out loud, "God! Is that You?" He didn't get a reply and started on toward home. But again, the thought, buy a gallon of milk. The young man thought about Samuel and how he didn't recognize the voice of God, and how little Samuel ran to Eli.
"Okay, God, in case that is You, I will buy the milk." It didn't seem like too hard a test of obedience. He could always use the milk. He stopped and purchased the gallon of milk and started off toward home.
As he passed Seventh Street, he again felt the urge, "Turn down that street." This is crazy, he thought, and drove on passed the intersection. Again, he felt that he should turn down Seventh Street. At the next intersection, he turned back and headed down Seventh. Half jokingly, he said out loud, "Okay, God, I will."
He drove several blocks, when suddenly, he felt like he should stop. He pulled over to the curb and looked around. He was in a semi-commercial area of town. It wasn't the best but it wasn't the worst of neighborhoods either. The businesses were closed and most of the houses looked dark like the people were already in bed.
Again, he sensed something, "Go and give the milk to the people in the house across the street." The young man looked at the house. It was dark and it looked like the people were either gone or they were already asleep. He started to open the door and then sat back in the car seat.
"Lord, this is insane. Those people are asleep and if I wake them up, they are going to be mad and I will look stupid." Again, he felt like he should go and give the milk. Finally, he opened the door, "Okay God, if this is You, I will go to the door and I will give them the milk. If You want me to look like a crazy person, okay. I want to be obedient. I guess that will count for something, but if they don't answer right away, I am out of here."
He walked across the street and rang the bell. He could hear some noise inside. A man's voice yelled out, "Who is it? What do you want?" Then the door opened before the young man could get away.
The man was standing there in his jeans and T-shirt. He looked like he just got out of bed. He had a strange look on his face and he didn't seem too happy to have some stranger standing on his doorstep. "What is it?" The young man thrust out the gallon of milk, "Here, I brought this to you." The man took the milk and rushed down a hallway.
Then from down the hall came a woman carrying the milk toward the kitchen. The man was following her holding a baby. The baby was crying. The man had tears streaming down his face. The man began speaking and half crying, "We were just praying. We had some big bills this month and we ran out of money. We didn't have any milk for our baby. I was just praying and asking God to show me how to get some milk." His wife in the kitchen yelled out, "I ask Him to send an angel with some milk. Are you an angel?"
The young man reached into his wallet and pulled out all the money he had on him and put in the man's hand. He turned and walked back toward his car and the tears were streaming down his face. He knew that God still speaks and answers prayers.
Source: Pentas Kesaksian
May 8, 2012
Ucapan Bahagia
“You're blessed when you're at the end of your rope. With less of you there is more of God and His rule. “
Diberkatilah engkau ketika engkau ada di ujung pengharapan. Dengan semakin mengosongkan dirimu di hadapan Allah, maka semakin penuhlah Allah dan pemerintahan-Nya di dalam dirimu.
”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
* * *
“You're blessed when you feel you've lost what is most dear to you. Only then can you be embraced by the One most dear to you. “
Diberkatilah engkau ketika engkau merasa kehilangan apa yang paling berharga bagimu. Hanya dengan demikian engkau dilingkupi dengan Dia yang paling berharga bagimu.
”Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
* * *
“You're blessed when you're content with just who you are—no more, no less. That's the moment you find yourselves proud owners of everything that can't be bought.“
Diberkatilah engkau ketika engkau puas dengan dirimu apa adanya – tidak kurang, tidak lebih. Itulah saat engkau menemukan dirimu bangga menjadi pemilik segala hal yang tak dapat dibeli.
”Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”
* * *
“You're blessed when you've worked up a good appetite for God. He's food and drink in the best meal you'll ever eat.“
Diberkatilah engkau ketika engkau membangkitkan selera terhadap Allah. Dialah makanan dan minuman dalam hidangan terbaik yang engkau pernah makan dan minum.
”Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.”
* * *
“You're blessed when you care. At the moment of being 'care-full,' you find yourselves cared for. “
Diberkatilah engkau ketika engkau peduli . Pada saat engkau penuh kepedulian, engkau akan menemukan dirimu dipedulikan Tuhan.
”Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.”
* * *
“You're blessed when you get your inside world—your mind and heart—put right. Then you can see God in the outside world. “
Diberkatilah engkau ketika engkau mendapati dunia batinmu – pikiran dan hatimu, ditata dengan benar. Maka engkau dapat melihat Allah di luar dunia batiniahmu.
”Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
* * *
“You're blessed when you can show people how to cooperate instead of compete or fight. That's when you discover who you really are, and your place in God's family. “
Diberkatilah engkau ketika engkau dapat menunjukkan kepada orang lain bagaimana bekerja-sama, bukannya bersaing atau berkelahi. Itulah saatnya ketika engkau mengenali siapa dirimu sebenarnya, dan mengetahui tempatmu dalam keluarga Allah.
”Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
* * *
"You're blessed when your commitment to God provokes persecution. The persecution drives you even deeper into God's kingdom. “
Diberkatilah engkau ketika komitmenmu kepada Allah menimbulkan penganiayaan. Penganiayaan itu mendorongmu masuk lebih dalam ke dalam kerajaan Allah.
”Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”
* * *
“Not only that—count yourselves blessed every time people put you down or throw you out or speak lies about you to discredit Me. What it means is that the truth is too close for comfort and they are uncomfortable. You can be glad when that happens—give a cheer, even!—for though they don't like it, I do! And all heaven applauds. And know that you are in good company. My prophets and witnesses have always gotten into this kind of trouble.”
Bukan hanya itu – anggaplah dirimu diberkati setiap kali orang lain mengecewakanmu atau mengusirmu keluar atau memfitnahmu untuk menjatuhkan Aku. Itu artinya kebenaran itu terlalu dekat bagi kenyamanan dan mereka sangat tidak nyaman. Engkau boleh bersukacita ketika hal itu terjadi – bahkan bersoraklah! – karena meskipun mereka tidak menyukainya, Aku suka! Dan seantero sorga bersorak sorai. Dan ketahuilah bahwa engkau ada di dalam persekutuan yang baik. Para nabi-Ku dan para saksi-Ku selalu masuk ke dalam kesulitan seperti ini.
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
(Matius 5 : 3 – 12 versi the Message)
Source: Pentas Kesaksian
Subscribe to:
Posts (Atom)