July 15, 2012
Calling All Angels
Santa Maria, Santa Teresa, Santa Anna, Santa Susannah
Santa Cecilia, Santa Copelia, Santa Domenica, Mary Angelica
Frater Achad, Frater Pietro, Julianus, Petronilla
Santa, Santos, Miroslaw, Vladimir and all the rest
Oh, a man is placed upon the steps, a baby cries
High above, you can hear the church bells start to ring
And as the heaviness, oh the heaviness, the body settles in
Somewhere you could hear, a mother sing
Then it's one foot then the other as you step out on the road
Step out on the road, how much weight, how much weight?
Then it's how long and how far and how many times
Oh, before it's too late?
Calling all Angels, calling all Angels
Walk me through this one, don't leave me alone
Calling all Angels, calling all Angels
We're trying, we're hoping, but we're not sure how
Oh, and every day you gaze upon the sunset
With such love and intensity
Why, it's ah, it's almost as if you could only crack the code
You'd finally understand what this all means
Oh, but if you could, do you think you would
Trade it all, all the pain and suffering?
Oh, but then you would've missed the beauty of
The light upon this earth and the sweetness of the leaving
Calling all Angels, calling all Angels
Walk me through this one, don't leave me alone
Calling all Angels, calling all Angels
We're trying, we're hoping, but we're not sure why
Calling all Angels, calling all Angels
Calling all Angels, calling all Angels
Walk me through this one, walk me through this one
Don't leave me alone
Calling all Angels, calling all Angels
We're trying, we're hoping, we're hurting, we're loving
We're crying, we're calling
'Cause we're not sure how this goes
Song: Jane Siberry & KD Lang
Album: When I Was A Boy
July 9, 2012
PAY IT FORWARD
Saat terlintas keraguan apakah mungkin perbuatan baik yang kecil dan sederhana yang kita lakukan kepada orang lain akan mampu mempengaruhi kehidupan mereka, mungkin Film "PAY IT FORWARD" bisa menjadi pendorong yang memberikan kita semangat untuk selalu tidak jemu-jemu berbuat baik kepada orang lain.
Kisahnya bercerita tentang seorang anak umur delapan tahun bernama Trevor yang berpikir jika dia melakukan kebaikan kepada tiga orang disekitarnya, lalu jika ke tiga orang tersebut meneruskan kebaikan yang mereka terima itu dengan melakukan kepada tiga orang lainnya dan begitu seterusnya, maka dia
yakin bahwa suatu saat nanti dunia ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang saling mengasihi. Dia menamakan ide tersebut: "PAY IT FORWARD"
Singkat cerita, Trevor memutuskan bahwa tiga orang yang akan menjadi bahan eksperimen adalah mamanya sendiri (yang menjadi single parent), seorang pemuda gembel yang selalu dilihatnya dipinggir jalan dan seorang teman sekelas yang selalu diganggu oleh sekelompok anak-anak nakal.
Percobaanpun dimulai:
Trevor melihat bahwa mamanya yang sangat kesepian, tidak punya teman untuk berbagi rasa, telah menjadi pecandu minuman keras. Trevor berusaha menghentikan kecanduan mamanya dengan cara rajin mengosongkan isi botol minuman keras yang ada dirumah mereka, dia juga mengatur rencana supaya mamanya bisa berkencan dengan guru sekolah Trevor. Sang mama yang melihat perhatian si anak yang begitu besar menjadi terharu, saat sang mama mengucapkan terima kasih, Trevor berpesan kepada mamanya: "PAY IT FORWARD, MOM"
Sang mama yang terkesan dengan yang dilakukan Trevor, terdorong untuk meneruskan kebaikan yang telah diterimanya itu dengan pergi kerumah ibunya (nenek si Trevor), hubungan mereka telah rusak selama bertahun-tahun dan mereka tidak pernah bertegur sapa, kehadiran sang putri untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan diantara mereka membuat nenek Trevor begitu terharu, saat nenek Trevor mengucapkan terima kasih, si anak berpesan :"PAY IT FORWARD,MOM"
Sang nenek yang begitu bahagia karena putrinya mau memaafkan dan menerima dirinya kembali, meneruskan kebaikan tersebut dengan menolong seorang pemuda yang sedang ketakutan karena dikejar segerombolan orang untuk bersembunyi di mobil si nenek, ketika para pengejarnya sudah pergi, si pemuda mengucapkan terima kasih, si nenek berpesan: "PAY IT FORWARD, SON".
Si pemuda yang terkesan dengan kebaikan si nenek, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan nomor antriannya di rumah sakit kepada seorang gadis kecil yang sakit parah untuk lebih dulu mendapatkan perawatan, ayah si gadis kecil begitu berterima kasih kepada si pemuda ini, si pemuda berpesan kepada ayah si gadis kecil: "PAY IT FORWARD, SIR"
Ayah si gadis kecil yang terkesan dengan kebaikan si pemuda, terdorong meneruskan kebaikan tersebut dengan memberikan mobilnya kepada seorang wartawan TV yang mobilnya terkena kecelakaan pada saat sedang meliput suatu acara, saat si wartawan berterima kasih, ayah si gadis berpesan: "PAY IT FORWARD"
Sang wartawan yang begitu terkesan terhadap kebaikan ayah si gadis, bertekad untuk mencari tau dari mana asal muasalnya istilah "PAY IT FORWARD" tersebut, jiwa kewartawanannya mengajak dia untuk menelusuri mundur untuk mencari informasi mulai dari ayah si gadis, pemuda yang memberi antrian nomor rumah sakit, nenek yang memberikan tempat persembunyian, putri si nenek yang mengampuni, sampai kepada si Trevor yang mempunyai ide tersebut.
Terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Trevor, Si wartawan mengatur agar Trevor bisa tampil di Televisi supaya banyak orang yang tergugah dengan apa yang telah dilakukan oleh anak kecil ini. Saat kesempatan untuk tampil di Televisi terlaksana, Trevor mengajak semua pemirsa yang sedang melihat acara tersebut untuk BERSEDIA MEMULAI DARI DIRI MEREKA SENDIRI UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN KEPADA ORANG-ORANG DISEKITAR MEREKA agar dunia ini menjadi dunia yang penuh kasih.
Namun umur Trevor sangat singkat, dia ditusuk pisau saat akan menolong teman sekolahnya yang selalu diganggu oleh para berandalan, selesai penguburan Trevor, betapa terkejutnya sang Mama melihat ribuan orang tidak henti-hentinya datang dan berkumpul dihalaman rumahnya sambil meletakkan bunga dan menyalakan lilin tanda ikut berduka cita terhadap kematian Trevor. Trevor sendiripun sampai akhir hayatnya tidak pernah menyadari dampak yang diberikan kepada banyak orang hanya dengan melakukan kebaikan penuh kasih kepada orang lain.
Mungkinkah saat kita terkagum-kagum menikmati kebaikan Tuhan didalam hidup kita, dan kita bertanya-tanya kepada Tuhan bagaimana cara untuk mengungkapkan rasa terima kasih kepadaNya, jawaban Tuhan hanya sesederhana ini: "PAY IT FORWARD to OTHERS around YOU
(Teruskanlah itu kepada orang lain yang ada disekitarmu)"
Kisah Kesombongan Manusia
Seorang Ibu Sangat Gembira Ketika Menerima Telegram Dari Anaknya Yang Telah Bertahun-Tahun Menghilang. Apalagi Ia Adalah Anak Satu-Satunya. Maklumlah Anak Tersebut Pergi Ditugaskan Perang Ke Vietnam Pada 4 Tahun Yang Lampau Dan Sejak 3 Tahun Yang Terakhir, Orang Tuanya Tidak Pernah Menerima Kabar Lagi Dari Putera Tunggalnya Tersebut. Sehingga Diduga Bahwa Anaknya Gugur Dimedan Perang. Anda Bisa Membayangkan Betapa Bahagianya Perasaan Ibu Tersebut. Dalam Telegram Tersebut Tercantum Bahwa Anaknya Akan Pulang Besok.
Esok Harinya Telah Disiapkan Segalanya Untuk Menyambut Kedatangan Putera Tunggal Kesayangannya, Bahkan Pada Malam Harinya Akan Diadakan Pesta Khusus Untuk Dia, Dimana Seluruh Anggota Keluarga Maupun Rekan-Rekan Bisnis Dari Suaminya Diundang Semua. Maklumlah Suaminya Adalah Direktur Bank Besar Yang Terkenal Diseluruh Ibukota.
Siang Harinya Si Ibu Menerima Telepon Dari Anaknya Yang Sudah Berada Di Airport.
Si Anak: “Bu Bolehkah Saya Membawa Kawan Baik Saya?”
Ibu: “Oh Sudah Tentu, Rumah Kita Cuma Besar Dan Kamarpun Cukup Banyak, Bawa Saja, Jangan Segan-Segan Bawalah!”
Si Anak: “Tetapi Kawan Saya Adalah Seorang Cacat, Karena Korban Perang Di Vietnam.”
Ibu: “……Oooh Tidak Jadi Masalah, Bolehkah Saya Tahu, Bagian Mana Yang Cacat?” – Nada Suaranya Sudah Agak Menurun
Si Anak: “Ia Kehilangan Tangan Kanan Dan Kedua Kakinya!”
Si Ibu Dengan Nada Agak Terpaksa, Karena Si Ibu Tidak Mau Mengecewakan Anaknya: “Asal Hanya Untuk Beberapa Hari Saja, Saya Kira Tidak Jadi Masalah..”
Si Anak: “…Tetapi Masih Ada Satu Hal Lagi Yang Harus Saya Ceritakan Sama Ibu, Kawan Saya Itu Wajahnya Juga Rusak.. Begitu Juga Kulitnya, Karena Sebagian Besar Hangus Terbakar, Maklumlah Pada Saat Ia Mau Menolong Kawannya Ia Menginjak Ranjau, Sehingga Bukan Tangan Dan Kakinya Saja Yang Hancur Melainkan Seluruh Wajah Dan Tubuhnya Turut Terbakar!”
Si Ibu Dengan Nada Kecewa Dan Kesal: “Nak, Lain Kali Saja Kawanmu Itu Diundang Ke Rumah Kita, Untuk Sementara Suruh Saja Tinggal Di Hotel, Kalau Perlu Biar Ibu Yang Bayar Nanti Biaya Penginapannya..”
Si Anak: “…Tetap Ia Adalah Kawan Baik Saya Bu, Saya Tidak Ingin Pisah Dari Dia!”
Si Ibu: “Coba Renungkan Nak, Ayah Kamu Adalah Seorang Konglomerat Yang Ternama Dan Kita Sering Kedatangan Tamu Para Pejabat Tinggi Maupun Orang-Orang Penting Yang Berkunjung Ke Rumah Kita, Apalagi Nanti Malam Kita Akan Mengadakan Perjamuan Malam Bahkan Akan Dihadiri Oleh Seorang Menteri, Apa Kata Mereka Apabila Mereka Nanti Melihat Seorang Anak Dengan Tubuh Yang Cacat Dan Wajah Yang Rusak.
Bagaimana Pandangan Umum Dan Bagaimana Lingkungan Bisa Menerima Kita Nanti? Apakah Tidak Akan Menurunkan Martabat Kita Bahkan Jangan-Jangan Nanti Bisa Merusak Citra Binis Usaha Dari Ayahmu Nanti.”
Tanpa Ada Jawaban Lebih Lanjut Dari Anaknya Telepon Diputuskan Dan Ditutup.
Orang Tua Dari Kedua Anak Tersebut Maupun Para Tamu Menunggu Hingga Jauh Malam Ternyata Anak Tersebut Tidak Pulang, Ibunya Mengira Anaknya Marah, Karena Tersinggung, Disebabkan Temannya Tidak Boleh Datang Berkunjung Ke Rumah Mereka.
Jam Tiga Subuh Pagi, Mereka Mendapat Telepon Dari Rumah Sakit, Agar Mereka Segera Datang Ke Sana, Karena Harus Mengidetifitaskan Mayat Dari Orang Yang Bunuh Diri. Mayat Dari Seorang Pemuda Bekas Tentara Vietnam, Yang Telah Kehilangan Tangan Dan Kedua Kakinya Dan Wajahnyapun Telah Rusak Karena Kebakar. Tadinya Mereka Mengira Bahwa Itu Adalah Tubuh Dari Teman Anaknya, Tetapi Kenyataannya Pemuda Tersebut Adalah Anaknya Sendiri! Untuk Membela Nama Dan Status Akhirnya Mereka Kehilangan Putera Tunggalnya!
Tidak Mudah Untuk Menerima Seseorang Dengan Segala Kekurangannya. Akui Saja, Tidak Ada Manusia Yang Sempurna. Apakah Kita Mau Berkawan Dengan Para Pendosa, Dengan Kehidupan Hina Dan Kotor ?
Tuhan Mau Menerima Siapapun Yang Datang Kepadanya, Mengapa Kita Manusia, Yang Derajatnya Lebih Rendah Dari Tuhan, Seakan Menolak Segala Kekurangan Manusia Lain ?
Source: link
Allah Mengasihi Anda Meskipun Anda Tak Melihat-Nya
Para penumpang di bis itu memandang dengan penuh simpati ketika seorang wanita muda yang cantik dengan tongkat putih itu menaiki tangga bis dengan hati-hati. Ia membayar tiket kepada pengemudi itu dan, dengan menggunakan tangannya ia meraba kursi di bis itu, berjalan sepanjang lorong bis untuk menemukan kursi kosong yang dikatakan pengemudi itu. Lantas ia duduk, menaruh tasnya di pangkuan dan meletakkan tongkat di dekat kakinya. Sudah setahun ini Susan, tiga puluh empat tahun, menjadi buta. Karena kesalahan diagnosa medis, iapun kehilangan penglihatannya, dan tiba-tiba ia terlempar ke dunia yang penuh kegelapan, disertai amarah, frustrasi dan mengasihani diri sendiri.
Yang semula menjadi wanita mandiri, Susan kini merasa tersiksa dengan perubahan nasib yang mengerikan ini sehingga ia menjadi tak berdaya, menjadi beban bagi setiap orang di sekelilingnya. ”Bagaimana hal ini bisa terjadi pada diriku?” tanyanya dengan penuh kegeraman. Namun tak peduli betapa banyak ia menangis atau berdoa, ia tahu suatu kebenaran yang menyakitkan: penglihatannya tidak akan kembali lagi. Segumpal awan depresi menggayuti dirinya, yang semula dipenuhi semangat yang optimistis. Melewati hari-harinya adalah menjalani kehidupan yang bikin frustrasi dan lelah. Dan ia harus bergantung sepenuhnya kepada Mark, suaminya.
Mark adalah seorang perwira Angkatan Udara Amerika Serikat, dan ia sangat mengasihi Susan dengan segenap hatinya. Ketika Susan pertama kali kehilangan penglihatannya, ia melihat betapa isterinya tenggelam ke dalam keputus-asaan dan kemudian Mark memutuskan untuk membantu isterinya mendapatkan kekuatan dan keyakinan kembali sehingga ia dapat menjadi mandiri lagi. Latar belakang militer Mark telah melatih dirinya dengan baik untuk mengatasi situasi-situasi yang sensitif, dan meskipun demikian ia tahu bahwa inilah pertempuran paling sulit yang ia akan harus hadapi.
Akhirnya, Susan merasa siap untuk kembali bekerja, namun bagaimana ia sampai ke kantornya? Ia biasanya naik bis, namun kini ia terlalu takut untuk pergi ke kota sendirian dalam keadaan buta. Mark menyediakan dirinya untuk mengantar dengan mobil ke kantor Susan, meskipun arah kantor isterinya berlawanan arah dengan kantornya. Untuk pertama kali, hal ini membuat Susan nyaman dan memenuhi kebutuhan Mark untuk melindungi isterinya yang tunanetra yang masih belum merasa aman untuk mengerjakan sesuatu yang paling mudahpun. Namun, dengan segera Mark menyadari bahwa pengaturan seperti ini tidaklah efisien, karena jalanan macet dan berat di ongkos. Susan harus mencoba naik bis lagi, demikian menurut pertimbangan Mark. Namun hanya baru memikirkannya saja untuk mengutarakan hal itu kepada Susan membuat dirinya merinding. Susan masih terlalu sensitif dan mudah tersinggung. Bagaimana nanti reaksi isterinya?
Tepat seperti yang diduga Mark, Susan sangat ketakutan mendengar gagasan suaminya untuk naik bis ke kantor lagi. ”Aku ini buta!” katanya dengan getir. ”Bagaimana aku tahu akan ke arah mana? Aku merasa engkau sudah meninggalkanku.” Hati Mark hancur mendengar perkataan itu, tetapi ia tahu apa yang harus dilakukannya. Ia berjanji kepada Susan bahwa ia akan naik bis setiap pagi dan sore bersamanya, selama diperlukan, sampai ia merasa yakin dan nyaman. Dan itulah yang persis terjadi.
Selama dua minggu berturut-turut, Mark, dengan seragam militer menemani Susan pergi dan pulang kerja setiap hari. Ia mengajarkan isterinya bagaimana mengandalkan indera yang lain, khususnya pendengaran, untuk mengenali dimana dia berada dan bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru. Ia menolongnya untuk bersahabat dengan para sopir bis yang dapat ikut menjaganya dan menyediakan tempat duduk kosong baginya. Ia dapat membuat Susan tertawa, meskipun pada hari-hari yang tidak begitu baik ketika ia hampir terjatuh menuruni tangga bis atau menjatuhkan tasnya. Setiap pagi mereka bepergian dengan bis bersama, dan Mark akan naik taksi kembali ke kantornya setelah mengantar isterinya.
Meskipun kegiatan rutin ini cukup memakan biaya dan melelahkan, dibandingkan dengan sebelumnya, namun Mark tahu bahwa hanya soal waktu sebelum Susan akan mampu bepergian dengan bis sendirian. Ia percaya isterinya pasti bisa, karena ia tahu Susan tidak pernah takut menghadapi tantangan apapun atau menyerah pada apapun sebelum ia buta. Akhirnya, Susan memutuskan bahwa ia telah siap mencoba naik bis sendirian. Senin pagi datanglah, dan sebelum ia pergi, Susan melingkarkan lengannya di pundak Mark, teman naik bis, suami dan sahabat terbaiknya. Matanya dipenuhi airmata ucapan syukur atas kesetiaannya, kesabarannya, dan kasihnya. Ia berpamitan, dan untuk pertama kalinya, ia pergi dengan arah berlawanan. Senin, Selasa, Rabu, Kamis…. Setiap hari ia pergi naik bis sendirian dengan sempurna, dan Susan tidak pernah merasa sebaik ini. Ia telah berhasil melakukannya! Ia dapat pergi bekerja sendirian, tanpa bantuan orang lain!
Pada suatu Jumat pagi, Susan naik bis untuk bekerja sebagaimana biasanya. Ketika ia membayar tiket sebelum turun dari bis, sopirnya berkata, ”Wah, aku iri padamu lho!” Susan tidak yakin apakah sopir ini sedang berbicara kepadanya atau bukan. Memangnya kenapa ada orang yang iri kepada wanita buta seperti dirinya yang harus berjuang mendapatkan keberanian untuk menghadapi kehidupan ini. Karena ingin tahu, ia bertanya kepada pengemudi bis itu, “Kenapa anda berkata bahwa anda iri kepadaku?” Pengemudi itu hanya berkata, “Kayaknya enak diperhatikan dan dilindungi seperti kamu!” Susan tidak mengerti apa yang dikatakan pengemudi bis ini, sehingga ia bertanya lagi, ”Maksud anda?” Pengemudi itu menjawab, ”Tahu tidak, setiap pagi selama minggu lalu, seorang pemuda gagah dengan seragam militer berdiri di seberang sana memandangi anda turun dari bis. Ia memastikan apakah anda dapat menyeberang dengan aman, dan ia mengawasi anda sampai anda masuk ke gedung kantor anda. Kemudian ia akan memberikan tanda ciuman dan tanda hormat kepada anda dan pergi. Anda adalah seorang wanita yang beruntung!”
Airmata kebahagiaan mengalir dari pipi Susan. Meskipun ia tidak dapat melihat suaminya secara fisik, ia selalu dapat merasakan kehadirannya. Ia merasa diberkati, begitu diberkati, karena ia telah memberikan kepadanya suatu hadiah yang lebih dahsyat dibandingkan dengan penglihatan, suatu hadiah dimana ia tidak perlu melihat untuk percaya, suatu hadiah kasih yang dapat memberikan terang dimana di sana hanya ada kegelapan.
Tuhan menyatakan bahwa Ia memperhatikan kita dengan cara seperti itu. Kita mungkin tidak tahu kalau Ia hadir. Kita mungkin tidak mampu melihat wajah-Nya, namun Ia ada di sana tanpa disangsikan lagi. Harapan saya bagi anda adalah biarlah anda diberkati dengan pikiran ini: ”Allah mengasihi anda – meskipun anda tidak melihatnya.”
Source: PENTAS KESAKSIAN
Your Father faced death, so you won't have to.....!!!
Serena, nama gadis itu, memiliki seorang ayah yang dipenjara seumur hidup karena terbukti membunuh istrinya sendiri -- tentunya ibu dari Serena.
Tetapi sekarang, hanya jantung sang ayah yang bisa memberi harapan pada Serena untuk tetap hidup.
Yang menjadi kendala adalah masalah hukum.
Yang menjadi kendala adalah masalah hukum.
Hukum negara bagian dimana mereka tinggal tidak mengijinkan hal-hal semacam suntik mati,dll,apalagi"membunuh" seorang manusia untuk menyelamatkan manusia lainnya.
Pengacara Serena (dari badan hukum di mana Ally bekerja) mengajukan argumen: Sederhana saja.
Pengacara Serena (dari badan hukum di mana Ally bekerja) mengajukan argumen: Sederhana saja.
Si ayah tidak memiliki masa depan. Dia akan menghabiskan seluruh hidupnya di penjara. Dia rela memberikan jantungnya kepada anaknya. Si anak masih remaja. Masa depannya masih panjang.
Jadi, biarkan Serena hidup dengan jantung ayahnya.... Ini bukan pembunuhan. Ini adalah masalah seorang ayah ingin menolong anaknya.
Pengacara negara menolak hal tersebut. Kalau satu diijinkan, nanti semua narapidana di penjara
Pengacara negara menolak hal tersebut. Kalau satu diijinkan, nanti semua narapidana di penjara
berbondong-bondong menjadi donor organ tubuh untuk si anu dan si anu, dengan harapan mereka
bisa luput dari hukuman atas kejahatan mereka, dengan harapan mereka bisa menjadi pahlawan kesiangan! Lagipula, siapakah kita sehingga kita berpikir bisa menentukan hidup siapa yang lebih berharga?
bisa luput dari hukuman atas kejahatan mereka, dengan harapan mereka bisa menjadi pahlawan kesiangan! Lagipula, siapakah kita sehingga kita berpikir bisa menentukan hidup siapa yang lebih berharga?
Jadi, dilihat dari sisi manapun, ini adalah pembunuhan.
Dan ini besar efeknya pada masa depan hukum.
Hakim bingung. Sidang pendahuluan ditunda.
Penonton penasaran.
Adegan berikut menunjukkan wajah Serena dan pengacaranya yang sedih dan kebingunan.
Penonton penasaran.
Adegan berikut menunjukkan wajah Serena dan pengacaranya yang sedih dan kebingunan.
Si ayah melarikan diri dalam perjalanan menuju pengadilan lanjutan.
Semua menduga hal ini sudah direncanakan sebelumnya.
Serena sedih dan sakit hati.
Serena sedih dan sakit hati.
"Dia adalah pembunuh ibuku! Alangkah tololnya aku, mau percaya bahwa ia bersedia menolong aku untuk tetap hidup..."
Pengacara terdiam. Tidak tahu harus berkomentar apa.
Tiba-tiba hand-phone si pengacara berbunyi
Pengacara terdiam. Tidak tahu harus berkomentar apa.
Tiba-tiba hand-phone si pengacara berbunyi
Dari rumah sakit.
Ayah Serena pergi ke rumah sakit dan menyodorkan kartu donor-nya, dan kemudian... menembak dirinya sendiri dengan pistol.
Tidak ingin mengambil resiko kalah di pengadilan, si ayah memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri.
Rumah sakit mendesak Serena untuk segera datang agar operasi bisa segera dilakukan.
Rumah sakit mendesak Serena untuk segera datang agar operasi bisa segera dilakukan.
Jantung ayahnya menunggu, dan tidak bisa menunggu lama.
Di atas ranjang operasi, Serena ragu-ragu. Rasa bersalah menyelimutinya.
Haruskah aku melakukan ini? tanyanya pada semua yang hadir di ruangan. Ini jantung ayahku... dan ia menembak mati dirinya sendiri....
Semua buru-buru menasehatinya.
Di atas ranjang operasi, Serena ragu-ragu. Rasa bersalah menyelimutinya.
Haruskah aku melakukan ini? tanyanya pada semua yang hadir di ruangan. Ini jantung ayahku... dan ia menembak mati dirinya sendiri....
Semua buru-buru menasehatinya.
"Jangan membuat pengorbanannya sia-sia."
"Kalian kan sudah sepakat dari awal. Hanya saja kita tidak menduga caranya akan seperti ini..." dll dll.
Tapi ada satu kalimat yang membuat Serena akhirnya mau dioperasi.
"Serena, your father faced death... so you won't have to."
"Serena, ayahmu memilih untuk menghadapi kematian. agar kamu tidak perlu mati".
Saya menangis bukan hanya karena episode tersebut begitu mengharukan, tetapi karena saya sadar bahwa jantung saya hari ini masih berdetak, semata-mata karena ada Satu yang menghadapi maut.... agar saya tidak perlu mati karena dosa-dosa yang saya perbuat.
Namanya adalah Yesus.
"Aku dan Bapa adalah satu," begitulah pernyataan Yesus selama pelayanan-Nya di bumi, dan saya begitu bahagia karena saya bisa berkata pada diri sendiri:
"Kalian kan sudah sepakat dari awal. Hanya saja kita tidak menduga caranya akan seperti ini..." dll dll.
Tapi ada satu kalimat yang membuat Serena akhirnya mau dioperasi.
"Serena, your father faced death... so you won't have to."
"Serena, ayahmu memilih untuk menghadapi kematian. agar kamu tidak perlu mati".
Saya menangis bukan hanya karena episode tersebut begitu mengharukan, tetapi karena saya sadar bahwa jantung saya hari ini masih berdetak, semata-mata karena ada Satu yang menghadapi maut.... agar saya tidak perlu mati karena dosa-dosa yang saya perbuat.
Namanya adalah Yesus.
"Aku dan Bapa adalah satu," begitulah pernyataan Yesus selama pelayanan-Nya di bumi, dan saya begitu bahagia karena saya bisa berkata pada diri sendiri:
"your Father faced death... so you won't have to." ....
dan saya kira adalah kewajiban kita untuk memberitahukan mereka yang belum tahu akan hal ini.
"Hey, do you not know? Your Father faced death, so you won't have to..!"
Hey, Tahukah kamu? Bapa-mu menghadapi maut, supaya kamu boleh tetap hidup!
"Hey, do you not know? Your Father faced death, so you won't have to..!"
Hey, Tahukah kamu? Bapa-mu menghadapi maut, supaya kamu boleh tetap hidup!
"Karena begitu besar kasih Bapa akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yoh 3:16)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1Kor.15:58).
Tuhan Memberkati Anda Sekalian.
Cerita dari Afrika
Suatu malam aku bekerja keras untuk menolong seorang ibu di sebuah bangsal rumah sakit. Sayangnya, apapun yang kami lakukan, dia tetap meninggal dan meninggalkan bayi prematur yang sangat mungil serta seorang anak perempuan usia 2 tahun yang menangis.
Kami mengalami kesulitan untuk menjaga agar si bayi tetap hidup, karena kami tidak punya inkubator. Kami tidak punya listrik untuk menyalakan inkubator. Kami juga tidak punya makanan khusus bayi. Meskipun kami tinggal di daerah khatulistiwa, di malam hari seringkali udara sangat dingin dan anginnya kencang.
Salah seorang muridku menaruh bayi itu dalam box dan membungkus bayi dengan kain wol. Yang lain menyalakan api dan mengisi botol air panas. Kemudian muridku yang mengisi botol air panas segera kembali dengan kebingungan sambil bercerita bahwa saat mengisi botol itu dan ternyata meledak. Karet mudah rusak dalam kondisi cuaca tropis.
"Dan ini adalah botol air panas terakhir kita," dia berseru.
"Oke," kataku, "taruh bayi itu di dekat api dalam jarak yang cukup aman, dan tidurlah diantara bayi itu dan pintu untuk menjaganya dari angin. Tugasmu adalah menjaga bayi tetap hangat."
Siang hari berikutnya, seperti hari sebelumnya, aku pergi berdoa dengan beberapa anak yatim piatu yang berkumpul denganku. Aku berikan mereka bermacam-macam saran untuk mendoakan dan bercerita pada mereka tentang bayi mungil itu.
Aku menceritakan masalah kami soal menjaga bayi supaya cukup hangat, menyebutkan tentang botol air panas, dan bagaimana bayi itu bisa dengan mudah meninggal bila kedinginan. Aku juga bercerita pada mereka tentang saudara perempuannya yang berumur 2 tahun, yang menangis karena ibunya meninggal. Selama berdoa, seorang gadis usia 10 tahun, Ruth, berdoa dengan doa singkat seperti anak Afrika kami.
"Tolong, Tuhan," dia berdoa, "kirim kan botol air. Tidak baik besok, Tuhan, karena bayinya bisa mati, jadi tolong kirim sore ini."
Saat aku menarik napas dalam hati karena keberaniannya dalam berdoa, dia menambahkan, "Dan saat Engkau mengirimkan botol air itu, maukah Engkau mengirimkan juga boneka untuk gadis kecil itu, supaya dia tahu bahwa Engkau sungguh mengasihinya?"
Seringkali dalam doa anak-anak, aku merasa ditempatkan pada pusatnya. Dengan sungguh-sungguh kukatakan, "Amin". O, ya, aku tahu bahwa Tuhan dapat melakukan segalanya, Alkitab mengatakan demikian. Tapi pasti ada batasnya, 'kan? Pikiran manusia selalu ingin membatasi kuasa Tuhan...
Dan menurutku satu-satunya jalan Tuhan dapat menjawab doa-doa kami yaitu jika keluargaku di Amerika mengirimi bingkisan. Namun aku sudah tinggal selama hampir 4 tahun, dan tidak pernah, sama sekali menerima bingkisan dari rumah. Tapi, bila seseorang mengirimiku bingkisan, siapa yang akan memberi botol air panas? Sebab aku tinggal di daerah tropis!
Menjelang sore, ketika aku sedang mengajar di sekolah pelatihan perawat, sebuah parsel dikirimkan dengan mobil di depan pintu rumahku. Saat aku sampai di rumah, mobilnya sudah pergi, tapi disana, di beranda, ada dua puluh dua pon parsel yang sangat besar. Aku merasa pedih di mataku. Aku tidak dapat membuka parsel itu sendirian, jadi aku meminta anak-anak yatim piatu untuk membantuku.
Bersama-sama kami menarik talinya, dengan hati-hati membuka simpulnya. Kami melipat kertasnya, supaya tidak menyobeknya. Kegembiraan meningkat. Sebanyak 30 atau 40 pasang mata melihat ke dalam kardus tersebut. Dari atas, kami mengeluarkan baju rajutan berwarna cerah. Mata kami langsung silau melihatnya. Ada perban rajutan untuk pasien kusta, dan anak-anak mulai terlihat sedikit bosan. Lalu ada sekotak kismis, ini bisa dipakai untuk membuat setumpuk kue kismis di akhir pekan. Lalu, aku memasukkan tanganku lagi, aku merasa .... benarkah ini? Aku menariknya keluar .... yaa .... ini baru, botol air panas karet. Aku menangis terharu.
Aku tidak meminta Tuhan untuk mengirimkannya. Aku tidak percaya bahwa Dia benar-benar melakukannya. Ruth ada di barisan depan dari anak2. Ia cepat2 maju, sambil menangis, "Jika Tuhan mengirimkan botolnya, Dia harus mengirim bonekanya juga!" Sambil mengobrak-abrik bagian bawah kotak, dia menarik sesuatu yang mungil, boneka bergaun indah. Matanya berkilau! Dia tidak pernah sangsi. Sambil melihatku, dia berkata, "Dapatkah aku pergi bersamamu dan memberikan boneka ini kepada gadis kecil itu, supaya dia tahu, Tuhan Yesus sangat mencintainya?"
Ternyata parsel ini telah dipersiapkan dan dikirim 5 bulan lalu. Dibungkus oleh para siswa Sekolah Mingguku, yang mana saat mempersiapkan parsel itu, Tuhan telah memerintahkannya juga untuk mengirimi botol air panas walaupun di daerah tropis.
Lalu salah satu dari siswaku juga telah memberikan boneka untuk dikirimkan kepada anak Afrika - Dan itu semua terjadi 5 bulan sebelumnya, sebagai jawaban dari doa seorang anak gadis 10 tahun untuk membawanya "sore itu".
Yesaya 65:24: "Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya."
ROSE : Impian Seorang Mahasiswi
Inilah suatu kisah dari sebuah milis yang penuh inspirasi:
Hari pertama kuliah di kampus, profesor memperkenalkan diri dan menantang kami untuk berkenalan dengan seseorang yang belum kami kenal diantara teman-teman kuliah. Saya berdiri dan melihat sekeliling ketika sebuah tangan lembut menyentuh bahu saya.
Saya menengok dan mendapati seorang wanita tua, kecil, dan berkeriput, memandang dengan wajah yang berseri-seri dengan senyum yang cerah. Ia menyapa, "Halo anak cakep. Namaku Rose. Aku berusia delapan puluh tujuh. Maukah kamu memelukku?" Saya tertawa dan dengan antusias menyambutnya, "Tentu saja boleh!". Dia pun memberi saya pelukan yang sangat erat.
"Mengapa ibu ada di kampus pada usia yang masih begitu "muda" dan tak berdosa seperti ini?" tanya saya berolok-olok. Dengan bercanda dia menjawab, "Saya di sini untuk menemukan suami yang kaya, menikah, mempunyai beberapa anak, kemudian pensiun dan bepergian." "Ah yang serius?" pinta saya.
Saya sangat ingin tahu apa yang telah memotivasinya untuk mengambil tantangan ini di usianya. "Saya selalu bermimpi untuk mendapatkan pendidikan tinggi dan kini saya sedang mengambilnya!" katanya. Setelah jam kuliah usai, kami berjalan menuju kantor Senat Mahasiswa dan berbagi segelas Chocolate Milkshake. Kami segera akrab.
Dalam tiga bulan kemudian, setiap hari kami pulang bersama-sama dan bercakap-cakap tiada henti. Saya selalu terpesona mendengarkannya berbagi pengalaman dan kebijaksanaannya. Setelah setahun berlalu, Rose menjadi bintang kampus dan dengan mudah dia berkawan dengan siapapun. Dia suka berdandan dan segera mendapatkan perhatian dari para mahasiswa lain. Dia pandai sekali menghidupkan suasana.
Pada akhir semester kami mengundang Rose untuk berbicara di acara makan malam klub sepak bola kami. Saya tidak akan pernah lupa apa yang diajarkannya pada kami. Dia diperkenalkan dan naik ke podium. Begitu dia mulai menyampaikan pidato yang telah dipersiapkannya, tiga dari lima kartu pidatonya terjatuh ke lantai. Dengan gugup dan sedikit malu dia bercanda pada mikrofon. Dengan ringan berkata, "Maafkan saya sangat gugup. Saya sudah tidak minum bir. Tetapi wiski ini menyengsarakan saya. Saya tidak bisa menyusun pidato saya kembali, maka ijinkan saya menyampaikan apa yang saya tahu."
Rose mengakhiri pidatonya dengan bernyanyi "The Rose". Dia menantang setiap orang untuk mempelajari liriknya dan menghidupkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya Rose meraih gelar sarjana yang telah diupayakannya sejak beberapa tahun lalu. Seminggu setelah wisuda, Rose meninggal dunia dengan damai. Lebih dari dua ribu mahasiswa menghadiri upacara pemakamannya sebagai penghormatan pada wanita luar biasa yang mengajari kami dengan memberikan teladan bahwa tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kau lakukan. Ingatlah, menjadi tua adalah kemestian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Kita tidak pernah berhenti bermain karena kita tua.
Kita menjadi tua karena berhenti bermain. Hanya ada rahasia untuk tetap awet muda, tetap menemukan humor setiap hari.
Kita harus mempunyai mimpi. Bila kita kehilangan mimpi-mimpi kita, kita bisa mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan di sekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya." Jika sulit mempunyai dan menggapai mimpi anda, hubungi: hadi.kristadi@gmail.com
Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Bila kamu berumur sembilan belas tahun dan berbaring di tempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, kamu tetap akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila saya berusia delapan puluh tujuh tahun dan tinggal di tempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apapun, saya tetap akan menjadi delapan puluh delapan. Setiap orang pasti menjadi tua.
Itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan." "Jangan pernah menyesal. Orang-orang tua seperti kami biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak kami perbuat. Orang-orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan."
* * * * *
Sediakan waktu untuk berpikir, itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Sediakan waktu untuk bermain, itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca, itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk berteman, itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi, itulah yang membawa anda ke bintang.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan.
Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
Sediakan waktu untuk tertawa, itulah musik jiwa.
Subscribe to:
Posts (Atom)