November 30, 2012

16 Refleks Pada Bayi Yang Harus Dikenali Sejak Lahir


1.       Refleks menghisap (sucking reflex) Bayi akan melakukan gerakan menghisap ketika Anda menyentuhkan puting susu ke ujung mulut bayi. Refleks menghisapterjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan akan makanan. Kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda beda. Sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efisien dan bertenaga untuk memperoleh susu, sementara bayi bayi lain tidak begitu terampil dan kelelahan bahkan sebelum mereka kenyang. Kebanyakan bayi yang baru lahir memerlukan waktu beberapa minggu untuk mengembangkan suatu gaya menghisap yang dikoordinasikan dengan cara ibu memegang bayi, cara susu keluar dari botol atau payudara, serta dengan kecepatan dan temperamen bayi waktu menghisap. Refleks menghisap adalah suatu contoh refleks yang muncul saat lahir dan kemudian akan menghilang seiring dengan usia bayi.

2.       Refleks menggenggam (palmar grasp reflex) Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan jari telunjuk kepadanya. Reflek menggenggam tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat kuat. Pada akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya semakin lancar, bayi akan menggenggam benda benda, menggunakannya secara hati hati, dan mengamati benda benda tersebut.

3.       Refleks leher (tonic neck reflex) Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi.

4.       Refleks mencari (rooting reflex) Rooting reflex terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap. Refleks menghisap dan mencari menghilang setelah bayi berusia sekitar 3 hingga 4 bulan. Refleks digantikan dengan makan secara sukarela. Refleks menghisap dan mencari adalah upaya untuk mempertahankan hidup bagi bayi mamalia atau binatang menyusui yang baru lahir, karena dengan begitu dia dapat menemukan susu ibu untuk memperoleh makanan.

5.       Refleks moro (moro reflex) Releks Moro adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. Refleks ini berbeda dengan refleks lainnya yang termasuk dalam ketegori gerakan motor. Refleks moro adalah peninggalan nenek moyang primate kita dan refleks ini merupakan upaya untuk mempertahankan hidup. Refleks ini merupakan keadaan yang normal bagi semua bayi yang baru lahir, juga cenderung menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan. Sentuhan yang lembut pada setiap bagian tubuh bayi akan menenangkan bayi yang sempat terkejut. Memegang lengan bayi yang dilenturkan pada bahu akan menenangkan bayi. Menurut para ahli, refleks moro ini termasuk reaksi emosional yang timbul dari kemauan atau kesadaran bayi dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu yg singkat. Refleks moro ini timbul ketika bayi dikejutkan secara tiba-tiba atau mendengar suara yang keras. Bayi melakukan gerakan refleks dengan melengkungkan punggungnya dan mendongakkan kepalanya ke arah belakang. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki dan tangan bayi digerakkan ke depan. Reaksi yang berlangsung sesaat ini pada umumnya diiringi dengan tangisan yang keras.

6.       Babinski Reflex . Refleks primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika bagian bawah kaki diusap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang di usia 4 bulan.

7.       Swallowing Reflex adalah refleks gerakan menelan benda-benda yang didekatkan ke mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman

8.       Breathing Reflex Refleks gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang-ulang – fungsi : menyediakan O2 dan membuang CO2 – permanen dalam kehidupan

9.       Eyeblink Reflex Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata – fungsi : melingdungi mata dari cahaya dan benda-benda asing – permanen dalam kehidupan Jika bayi terkena sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan matanya.

10.   Puppilary Reflex Rekleks gerakan menyempitkan pupil mata terhadap cahaya terang, membesarkan pupil mata terhadap lingkungan gelap. – fungsi : melindungi dari cahaya terang, menyesuaikan terhadap suasana gelap

11.   Refleks tonic neck Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan danakan menghilang pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawananakan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat halus atau lemah).Jika bayi baru lahir tidak mampu untuk melakukan posisi ini atau jika reflek initerus menetap hingga lewat usia 6 bulan, bayi dimungkinkan mengalamigangguan pada neuron motorik atas. Berdasarkan penelitian, reflek tonickneck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akanmenyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar.

12.   Refleks tonic Labyrinthine / labirin Pada posisi telentang, reflek ini dapat diamati dengan menggangkattungkai bayi beberapa saat lalu dilepaskan. Tungkai yang diangkat akanbertahan sesaat, kemudian jatuh. Hilang pada usia 6 bulan.

13.   Refleks merangkak (crawling) Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, iamembentuk posisi merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya.

14.   Refleks berjalan dan melangkah (stepping) Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dantelapak kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akanmelihat refleks berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan. Jikatulang keringnya menyentuh sesuatu, ia akan mengangkat kakinya sepertiakan melangkahi benda tersebut. Refleks berjalan ini akan hilang dan berbedadengan gerakan berjalan normal, yang ia kuasai beberapa bulan berikutnya.Menurun setelah 1 minggu dan akan lenyap sekitar 2 bulan.

15.   Refleks yawning, Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanyakemudian disertai dengan tangisan.13. Reflek Plantar Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir danberlangsung hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapatdiperiksa dengan menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jarikakinya akan melekuk secara erat.14.

16.   Reflek Swimming Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisiiair, ia akan mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang.Reflek ini akan menghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek iniberfungsi untuk membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayiakan mulai mengayuh dan menendang seperti berenang, namun meletakkanbayi di air sangat berisiko. Bayi akan menelan banyak air pada saat itu.

Source: childrenfootclinic

Kurangnya Daya Konsentrasi Anak, Bagaimana Cara Mengatasinya ?

Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya. Rentang perhatian anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda. 

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya kurang menariknya materi, faktor lingkungan yang ramai, kesulitan anak untuk mengerjakan, dll. Untuk anak-anak memang sangat dibutuhkan kemampuan yang aktif untuk menyampaikan materi dan disesuaikan dengan perkembangan motoriknya. 

Sedangkan yang dimaksud dengan kesulitan konsentrasi adalah bila tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau perhatiannya terpecah dan mudah beralih. Jadi, untuk suatu pekerjaan, dia tidak bisa menuntaskannya. Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah berubah dan itu terjadi pada semua hal. Akan tetapi kesimpulan bahwa seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan dengan anak normal umumnya.

Kondisi Wajar
Dengan keadaan anak yang sulit berkonsentrasi, orang tua hendaknya tidak bisa secara langsung menyimpulkan anaknya mengalami gangguan konsentrasi. Jika anak usia batita tampak tidak bisa diam, seolah-olah hiperaktif, mungkin sebenarnya normal. Karena memang kondisi anak-anak usia batita yang biasanya tidak bisa diam. Masalahnya, ia memang sedang berada dalam fase eksplorasi, ingin mencoba semuan benda untuk dipegang, diremas, digigit, dilempar dan diambil kembali, dan berlari ke sana kemari untuk menjelajah. Di usia ini kemampuan batita untuk mempertahankan atensi memang relatif pendek. 

Kalau memang si anak tidak mengalami kelainan misalnya hiperaktif, kalau disuruh diam anak, anak juga bisa diam. Anak yang hiperaktif malah sama sekali tidak bisa konsentrasi pada semua hal. Berbda dengan anak normal yang mungkin hanya pada hal-hal tertentu saja ia tidak bisa diam atau dalam keadaan bosan. 

Baru di usia sekitar 4-5 tahun anak mulai mampu berkonsentrasi dan menyelesaikan suatu tugas sampai selesai. Jika anak bisa konsentrasi 5 menit saja, secara umum dapat dikatakan konsentrasinya cukup baik, bila lebih dari 5 menit, berarti si anak memang lebih dibanding rata-rata anak umumnya. Perlu diwaspadai jika si kecil berumur 5 tahun memegang sesuatu lalu sesaat kemudian sudah dilempar (benda apa saja), berarti ada sesuatu dengan diri si anak. 

Faktor Penyebab
Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak sulit berkonsentrasi? Banyak para orang tua yang bingung dan khawatir mengenai anaknya yang sulit berkonsentrasi atau anaknya termasuk hiperaktif. 

Ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya kesulitan berkonsentrasi, yaitu: 

Faktor eksternal, ada dua hal yang bisa mempengaruhi, antara lain:
Lingkungan. Untuk faktor lingkungan, misalnya, anak diberi tugas menggambar. Pada saat yang bersamaan, ia mendengar suara ramai dan itu lebih menarik perhatiannya sehingga tugasnya pun diabaikan. Berarti lingkungan mempengaruhi konsentrasinya.
Pola pengasuhan yang permissive yaitu pengasuhan yang sifatnya menerima atau membolehkan apa saja yang anak lakukan. Sehingga anak kurang dilatih untuk menyelesaikan suatu tugas sampai selesai dan jika ia mengalami kesulitan orang tua bisa membantunya sehingga ia mampu menyelesaikannya tidak dibiarkan saja anak beralih melakukan sesuatu yang lain. 

Faktor psikologis
Faktor psikologia anak juga bisa mempengaruhi konsentrasi anak. Anak yang mengalami tekanan, ketika mengerjakan sesuatu ia bisa menjadi tidak konsentrasi sehingga tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya. Contoh yang berbeda, misalnya “suasana di sekolah yang berbeda dengan suasana di rumah. Anak kaget, karena mempunyai teman yang lebih berani, sehingga ketakutan dan kekhawatiran si anak membuatnya sulit untuk konsentrasi. Akibatnya, konsentrasi di kelas untuk menerima pelajaran menjadi berkurang. Jadi, karena faktor psikologis anak yang disebabkan karena kurangnya kemampuan bersosialisasi bisa membuat anak menjadi kurang berkonsentrasi di sekolah. 

Faktor internal
Berkenaan dengan faktor internal adalah faktor dari dalam dirinya sendiri antara lain karena adanya gangguan perkembangan otak dan hormon yang dihasilkan lebih banyak sehingga anak cenderung menjadi hiperaktif. Jika anak lamban/lambat disebabkan karena hormone yang dihasilkan oleh neurotransmitter-nya kurang. Sehingga bisa mengakibatkan lambannya konsentrasi. 

Konsentrasi atau perhatian biasanya berada di otak daerah frontal (depan) dan parientalis (samping). Gangguan di daerah ini bisa menyebabkan kurang atensi atau perhatian. Jadi, karena sistem di otak dalam memformulasikan fungsi-fungsi aktivitas, seperti penglihatan, pendengaran, motorik, dan lainnya, di seluruh jaringan otak itu terganggu, maka anak tidak dapat berkonsentrasi karena input yang masuk ke otak terganggu. Akibatnya, stimulasinya pun tidak bagus, Gangguan ini bukan merupakan bawaan melainkan bisa didapat misalnya karena terkena infeksi otak. 

Karena itulah penyebab sulitnya berkonsentrasi harus dicari terlebih dahulu apakah karena faktor eksternal atau internal. Apabila penyebabnya karena faktor lingkungan, orang tua dapat membantu anak untuk meminimalkan lingkungan sedemikian rupa agar anak bisa fokus atau memusatkan perhatiannya. Biasanya kalau sudah memasuki usia sekolah, di mana rentang konsentrasi-nya sudah lebih panjang, anak tidak terlalu bermasalah kecuali jika anak memang mempunyai kelainan. Sedangkan untuk anak yang mengalami gangguan konsentrasi yang lebih disebabkan karena faktor dari dalam dirinya seperti hiperaktif, terapi yang diberikan adalah secara medik/obat dan terapi perilaku. Umumnya kalau sudah diberi obat, hiperaktifnya berkurang. Sedangkan untuk konsentrasi lambat diterapi untuk meningkatkan konsentrasinya. 

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi : 

Mencari tahu penyebab kesulitan anak berkonsentrasi.
Dari beberapa faktor penyebab kesulitan konsentrasi yang telah dibahas diatas, langkah selanjutnya adalah menganalisa penyebab kesulitan anak. Misalnya: ketika mengikuti lomba mewarnai, anak sibuk melihat pekerjaan teman sehingga ia tidak mengerjakan gambarnya. Hal ini bisa disebabkan karena kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya kurang, sehingga ketika ia berada di luar rumah ia begitu senangnya sehingga ia lupa dengan tugasnya. Bisa juga anak kurang tertarik dengan mewarnai karena merasa bosan dengan aktivitas yang menuntutnya untuk duduk diam. Setelah itu, barulah mencari solusi dan strategi yang tepat agar anak bersedia bekerja sama menyelesaikan tugasnya. 

Mencari strategi yang sesuai dengan anak.
Dalam mencari strategi yang tepat untuk mengatasi perilaku anak yang sulit, bisa didiskusikan bersama dengan anak, untuk membuat aturan bersama-sama. Dalam membuat peraturan dan batasan waktu pengerjaan sesuaikan dengan kemampuan anak. Memasuki usia 4-5 tahun anak sudah mulai paham dan bisa diajak kerja sama. Misalnya: ketika ia mengikuti lomba mewarnai anak harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Jika ia cepat menyelesaikan tugasnya ia akan diajak berjalan-jalan dan bermain di mall. Jika anak terlalu lama maka ia tidak jadi diajak-jalan. Dengan begitu, harapannya anak lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugasnya.
Orang tua bisa menentukan target dan waktu pencapaian sesuai dengan kemampuan anak. Begitu juga dalam penerapannya orang tua bisa dengan menggunakan pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka sehingga anak termemotivasi untuk menyelesaikan apa yang sedang ia lakukan. Anak-anak memang senang denga hadiah namun hati-hati dalam pemberiannya agar tidak terlalu berlebihan. Dalam pemberian hadiah, selalu ada usaha yang dilakukan. Misalnya dengan system stiker, ketika anak bisa menyelesaikan suatu pekerjaan yang kita tugaskan ia kita beri stiker, kemudiasetelah stiker terkumpul 5 barulah diberi hadiah. Namun sebelumnya hadiah yang diberikanpun rundingkanlah terlebih dahulu dan sesuaikan dengan kemampuan. 

Melakukan aktivitas yang dapat melatih konsentrasi anak
Sebelum bersekolah, sebaiknya orang tua mulai melatih anak berkonsentrasi mulai dengan memberikan tugas yang sederhana sampai tugas yang tingkat kesulitannya lebih tinggi. Latihlah anak untuk mampu konsentrasi dalam situasi yang berbeda-beda, mulai dari belajar sambil ditemani, belajar sendiri sampai belajar konsentrasi bersama teman-temannya. Sehingga ketika anak bersekolah mampu mengikuti penjelasan dari gurunya.
Manfaatkan tingginya rasa ingin tahu anak, dengan memperkenalkan beragam aktivitas meski rentang konsentrasinya masih pendek. Gunanya, selain memperkaya pengetahuan, juga mempertahankan daya konsentrasi anak. Sebisa mungkin orang tua kreatif memberikan variasi kegiatan agar anak tidak bosan. Terus evaluasi rentang waktu konsentrasi anak. Pendeknya rentan waktu konsentrasi anak bisa juga disebabkan karena kurangnya latihan atau stimulasi melakukan suatu tugas. 

Melalui aktivitas bermain, berolah raga dan seni juga bisa melatih konsentrasi anak.
- Aktivitas bermain
Dalam permainan biasanya ada instruksi yang diberikan. Dengan demikian secara tidak langsung melatih anak untuk mengikuti instruksi dan mampu melakukannya dengan tepat dan cepat.
1.    Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran kacang merah, jagung kedelai sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak. Atau jika bosan bisa dengan menempelkannya di sebuah tempat (tempayan) dengan digambar pola terlebih dahulu.
2.    Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dengan menggunakan tutup botol tersebut. Dilakukan dengan tangan kanan dan kiri secara bergantian.
3.    Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak. Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.
4.    Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan. 

- Aktivitas olah raga
Dari penelitian menunjukkan bahwa dengan aktif bergerak dan berolah-raga dapat meningkatkan kecerdasan karena dengan berolah-raga aliran darah dan oksigen ke otak akan lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan, aktif bergerak akan membantu proses disintesa protein-protein sebagai penumbuh saraf otak yang baru, yang dapat membantu menyimpan memori jangka panjang. Dengan demikian, jelaslah bahwa aktivitas olah raga bisa membantu regenerasi kerja otak, selain manfaat kesehatan yang akan kita peroleh. Jadi secara fisik dan mental akan lebih sehat lagi. Misalnya olah raga :
  1. Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera-in sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas).
  2. Sepak bola juga bisa melatih anak untuk menendang bola dengan lurus dan fokus mengarah ke gawang.
- Aktivitas seni
Di era yang serba modern seperti saat ini, banyak sekali cara-cara yang diterapkan sebagai bentuk usaha dalam peningkatan kecerdasan otak dan daya konsentrasi anak. Salah satunya melalui terapi musik. Dikalangan masyarakat cara seperti ini mungkin sudah tidak asing lagi, banyak orangtua yang menerapkan terapi ini pada buah hatinya. 

Peran musik memang sangat besar untuk merangsang perkembangan otak anak. Efeknya dapat mempengaruhi kemampuan kognitif anak, yaitu kemampuan untuk mengenali atau menafsirkan lingkungannnya dalam bentuk bahasa, memori dan visual. 

Musik mampu meningkatkan pertumbuhan otak anak, karena musik merangsang pertumbuhan sel otak. Musik bisa membuat kita menjadi rileks dan riang, yang merupakan emosi positif. Emosi positif inilah yang membuat fungsi berfikir seseorang menjadi maksimal. Oleh karena itu kalau orang tua mau memanfaatkan fungsi musik sebagai terapi dirumah, selain hasilnya akan sangat bagus bagi perkembangan anak, termasuk dalam hal konsentrasi, bisa juga membuat atmosfer rumah lebih bersemangat tapi semuanya tergantung dari musik yang didengarkan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dengan mendengarkan musik di pagi hari akan meningkatkan daya konsentrasi siapapun yang mendengarkan. 

Semua aktivitas yang dilakukan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, dan kesabaran dalam melatih, mengarahkan dan memotivasi anak. Semua aktivitas yang dilakukan tidak ada yang sifatnya instan, cepat mendapatkan hasil. Semuanya ada pengorbanan, terutama untuk orang tua, agar meluangkan waktu bersama dengan anak dan melatihnya dengan penuh kesabaran.

ADHD

ADHD merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian(inattentiveness), aktivitas berlebihan (overactivity) dan perilaku impulsif (impulsivity) yang tidak sesuai dengan umumnya.

ADHD merupakan kelainan psikiatrik dan perilaku yang paling sering ditemukan pada anak. ADHD dapat berlanjut sampai masa remaja, bahkan dewasa. Pada anak usia sekolah, ADHD berupa gangguan akademik dan interaksi sosial dengan teman. Sementara pada anak dan remaja dan dewasa juga menimbulkan masalah yang serius.

Kurangnya perhatian adalah salah satu gejala anak ADHD. Biasanya anak selalu gagal memberi perhatian yang cukup terhadap detail. Biasanya anak ADHD selalu membuat kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan pekerjaan sekolah, bekerja atau aktivitas lain. Sering sulit mempertahankan pemusatan perhatian saat bermain atau bekerja. Sering seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara. Dan atau pelupa dalam aktivitas sehari-hari.

Gejala kedua yang harus diwaspadai adalah hiperaktivitas yang menetap selama 6 bulan atau lebih dengan derajat berat dan tidak sesuai dengan umur perkembangan. Gejala hiperaktivitas itu di antaranya anak sering bermain jari atau tidak dapat duduk diam. Ia sering kali meninggalkan kursi di sekolah atau situasi lain yang memerlukan duduk di kursi. Anak juga sering lari dan memanjat berlebihan di situasi yang tidak tepat, selalu bergerak seperti didorong motor.

Sedangkan pada gejala implusivitas, misalnya sering menjawab sebelum pertanyaan selesai ditanyakan, sering sulit menunggu giliran, dan sering menginterupsi atau mengganggu anak lain, misalnya menyela suatu percakapan.

Anak ADHD sering dianggap anak nakal, malas, ceroboh, dan lain-lain. Padahal terapi yang tepat akan menghilangkan gejala pada anak ADHD. Biasanya gejala hiperaktif-impulsif mulai terlihat anak ADHD sebelum umur 7 tahun. Gejala terjadi di dua situasi berbeda atau lebih, misal di sekolah dan di rumah.

Selain itu gejala bukan merupakan bagian gangguan perkembangan pervasif (autisme), schizophrenia, atau gangguan jiwa berat lain, dan bukan disebabkan gangguan mood, kecemasan atau ansietas, gangguan disosiasi atau gangguan kepribadian. Orang tua harus hati-hati dalam menentukan apakah anak ADHD atau tidak.

Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan kombinasi keterangan mengenai riwayat penyakit, pemeriksaan medis, dan observasi terhadap perilaku anak. Keterangan ini sebaiknya diperoleh dari orang tua, guru, dan anak sendiri.

Observasi bisa dilakukan pada saat anak melakukan pekerjaan terstruktur di kelas, atau saat anak sedang bermain bebas bersama anak lain. Walaupun ADHD seharusnya muncul di setiap situasi, gejala mungkin tidak jelas bila anak ADHD sedang melakukan aktivitas yang disukainya, sedang mendapat perhatian khusus atau berada dalam situasi yang memberi penghargaan pada tingkah laku yang normal. Dengan demikian, pengawasan selintas di kamar praktik sering gagal untuk menentukan ADHD.

Bila dikelola dengan baik, ADHD bisa dicegah. Namun, bila tidak ditangani secara dini, kasus ADHD dapat menjadi pemicu pengguna awal minuman beralkohol, rokok, dan narkoba pada usia muda

Anak Hiperaktif : Hindari Menu Makanan dengan Zat Aditif

Pada beberapa tahun ini, terdapat peningkatan jumlah anak hiperaktif.  Anak hiperaktif hanya mampu memperhatikan sesuatu dalam jangka pendek dan sulit berkonsentrasi. Mereka sulit belajar, sulit duduk diam dan kadang tidak tidur sama sekali.

Dalam studi skala besar mengenai anak hiperaktif pada 1960-an oleh dokter Ben Feingold, satu grup senyawa kimia bernama salisilat, ditemukan terutama di zat tambahan makanan, ternyata membuat anak-anak jadi lebih hiperaktif. Ketika anak-anak tersebut diberi donat yang berisi selai mengandung rasa dan warna artifisial, perilaku mereka memburuk hanya dalam beberapa jam.

Ia menyimpulkan bahwa banyak bahan kimia yang digunakan dalam makanan artifisial adalah salisilat. Ia menyatakan bahan-bahan kimia itulah akar masalah bagi beberapa anak.

Anak ADHD atau attention-deficit hyperactivity disorder, terbukti pula sensitif terhadap beberapa jenis zat kimia. Salah satu yang terburuk adalah pewarna tartrazine, dikenal dengan E102, parahnya zat pewarna ini menyebar di hampir seluruh jenis panganan dan minuman moderen, termasuk gula-gula, kue dan roti yang kerap dikonsumi anak.

Sejak itu, studi lain kian memperkuat pengaruh buruk zat aditif pada makanan dan ADHD. Studi-studi tadi menyimpulkan bahwa kombinasi pola makan berkualitas baik serta suplemen vitamin sederhana dapat mengubah kecerdasan dan perilaku anak-anak yang sulit dikendalikan.

Asam lemak esensial omega-3 dan -6 yang ditemukan pada minyak ikan juga krusial bagi pembentukan fungsi otak normal. Studi minyak ikan dari Universitas Oxford yang dipimpin Alex Richardson dengan reputasi mendunia, menyimpulkan bahwa enam puluh hingga tujuh puluh persen anak hiperaktif dan masalah serupa akan membaik secara nyata bila mengonsusi suplemem ekstrak minyak ikan murni dalam konsentrasi tinggi,

Pola makan ideal yang disarankan bagi anak-anak adalah makanan sehat yang bebas zat aditif, jika memungkinkan berbahan organik dengan menu bervariasi. Semua anak menikmati santapan manis sesekali, jadi lebih baik sediakan kue, biskui, pai atau pastri dan puding dalam rumah. Tentu lebih baik jika itu hasil karya orang tua sendiri, sehingga anda bisa memstikan mereka bebas dari zat pewarna dan perasa aditif.

Bila anda ingin lebih ketat lagi, berikut adalah daftar zat aditif yang patut dihindari

Pewarna Artifisial
102 tartrazine
104 quinoline yellow
107 yellow 2G
110 sunset yellow
122 azorubine, carmoisine
124 ponceau, brilliant scarlet
127 erythrosine
128 merah 2G 129 allura red
132 indigotine, indigo carmine
133 brilliant blue
142 green S, food green, acid brilliant green
151 brilliant black
155 brown, chocolate brown

Anak Berkebutuhan Khusus

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus. 

Anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus. Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai aktualisasi potensinya secara maksimal.

Meningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah satunya karena perubahan gaya hidup. Banyak penyebab meningkatnya angka populasi ini. Yang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My Psychologist ini.

Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi kurang perhatian, terutama pada anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya.

Penyebab seorang anak mengalami keterbelakangan mental ini disebabkan beberapa hal. Antara lain dari dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena faktor keturunan.

Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan atau efek substansi.

Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena gangguan fisiologis seperti down syndrome.

Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat berakibat pada keterbelakangan mental

Pada umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak normal mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan penanganan secara khusus dan hati-hati.

Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.

Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakan-ledakan perilaku agresif, yang tidak relevan dengan situasi sosial sehari-hari.

Anak yang perlu penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah. Mereka bisa saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.
 

Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

Selama ini, orang-orang terlanjur percaya pada mitos bahwa penyebab anak hiperaktif adalah dari pola pengasuhan yang kurang baik serta pola makan yang terlalu banyak mengkonsumsi gula. Namun setelah para peneliti melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata ditemukan bahwa penyebab anak hiperaktif adalah adanya gangguan genetik yang terdapat pada DNA anak yang bersangkutan. Sebagai informasi, di seluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 3-5 persen anak yang hiperaktif.

Hiperaktif atau yang disebut juga dengan ADHD (Attention-Deficit and Hyperactivity Disorder) merupakan penyakit genetik dan membuat otak anak hiperaktif berkembang dengan kondisi berbeda dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Dalam sebuah penelitian, didapati bahwa otak anak ADHD atau anak hiperaktif ternyata memiliki potongan kecil DNA yang terhapus maupun terduplikasi yang dikenal sebagai Copy Number Variants (CNVs). Area yang tumpang tindih tersebut berada di area tertentu yang terdiri dari beberapa gen yang berperan dalam perkembangan otak dan terkait dengan gangguan kejiwaan serta schizofrenia.

ADHD akan membuat anak ADHD impulsif sehingga melakukan sesuatu tanpa berpikir, merasakan kegelisahan yang berlebihan, mudah merasa terganggu serta biasanya mengalami kesulitan dalam pelajaran. Para ahli membagi anak ADHD dalam 3 tipe, yaitu 'tipe yang tidak bisa memusatkan perhatian', 'tipe yang hiperaktif dan impulsif' serta 'tipe gabungan' dari keduanya.

Pada tipe yang pertama, penderitanya tidak mengalami gejala hiperaktif maupun impulsif namun sangat mudah terganggu perhatiannya. Biasanya tipe ini terdapat pada anak-anak wanita, dengan gejalanya berupa sering melamun dan seolah merasa sedang berada di awang-awang. Pada tipe kedua, penderitanya menunjukkan gejala hiperaktif dan impulsif namun masih dapat berkonsentrasi dan memusatkan perhatian pada sesuatu. Biasanya tipe ini dapat ditemukan pada anak-anak kecil. Sementara pada tipe ketiga merupakan yang paling banyak ditemui, anak-anak penderitanya akan sulit memusatkan perhatian serta hiperaktif dan impulsif.

Sampai sekarang penyakit ADHD ini masih belum ditemukan obatnya, namun hasil penelitian di atas setidaknya dapat membantu mengungkapkan penyebab ADHD sebenarnya sehingga nantinya didapatkan pengobatan baru yang lebih efektif. Meski begitu, saat ini Anda dapat meminimalisir gejala hiperaktif tersebut dengan cara melakukan terapi perilaku anak hiperaktif disertai konsumsi obat-obatan.

Selain itu, anak hiperaktif juga dapat dibantu secara khusus oleh orangtua, guru, dokter serta lingkungan bermainnya dengan mengkondisikan suasana dan kegiatan yang sesuai untuk mereka. Dengan demikian, anak ADHD tersebut dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif serta masalah sulitnya memusatkan perhatian mereka secara lebih baik, seperti dengan membiarkan mereka melakukan aktivitas fisik yang dapat memberi kebebasan bergerak pada mereka. anak ADHD juga biasanya mempunyai kecerdasan yang di atas rata-rata namun orangtua mereka sering tidak menyadarinya. Untuk itu, orangtua juga harus memperhatikan kecerdasannya dengan cara menyalurkan dan mengarahkan keaktifan mereka pada hal-hal yang positif seperti pada kegemaran dan hobi yang disukainya.

Mendidik anak hiperaktif pun berbeda caranya dengan mendidik anak-anak normal. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan disiplin pada anak tanpa menghukumnya secara berlebihan bila sang anak melakukan kesalahan. Untuk menegakkan disiplin tersebut, orangtua dapat memulainya dengan membuat perjanjian kecil dengan sang anak agar mengerti mana hal yang baik dan benar, namun dengan cara yang tidak menyinggung mereka. Di atas semua itu, sangat penting bagi orangtua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang pada sang anak hiperaktif, serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya agar tetap berada dalam kontrol.
 

Anak Susah Konsentrasi (Gangguan Pemusatan Perhatian)


Di jaman sekarang ini, makin banyak penderita autisme, hiperaktive, atau atensi. Di sini saya akan memberi sedikit tentang gangguan atensi atau pemusatan perhatian atau konsentrasi. Tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan untuk mengatakan seseorang (anak) tersebut mempunyai gangguan atensi. Karena hal ini berkaitan dengan managemen dan terapinya. Oleh karena itu kadang diagnosa untuk anak tidak dapat dilakukan dengan sekali pertemuan kadang dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk menentukan diagnosa yang tepat. Di bawah ini adalah observasi yang dapat membantu anda dalam pengamatan apakah putra anda memiliki gangguan pemusatan perhatian atau gangguan atensi. Bila terdapat gejala dibawah ini segera konsultasikan dengan dokter spesialis rehabilitasi medik yang akan bekerja sama dengan dokter THT dan dokter jiwa anak. Semoga membantu

Observasi klinik atensi
1. Mudah beralih perhatiannya (karena melihat atau mendengar sesuatu), perhatian beralih minimal 3 kali selama tes karena stimuli lingkungan.
2. Aktivitas tinggi, selalu berlari berkeliling & tidak mampu duduk selama melakukan satu aktivitas; meninggalkan meja 3 kali atau lebih selama tes; mungkin berdiri di atas meja tes, selama tes memerlukan istirahat beberapa kali.
3. Hanya bermain sebentar dengan satu mainan, untuk kemudian beralih ke aktivitas yang baru.
4. Impulsif dalam memegang sesuatu, perlu diingatkan 3 kali atau lebih sebelum menyentuh sesuatu.
5. Menghilang dari aktivitas, sulit untuk ikut aktivitas kembali, perlu respon segera.
6. Tidak dapat beralih fokus dari satu obyek ke obyek lain setelah bermain dalam periode yang lama.
7. Mudah menyerah; bila frustrasi dan perlu dorongan untuk terus melakukan aktivitas.
8. Hanya memilih tugas yang mudah.
9. Kegiatan tak bertujuan, tanpa eksplorasi yang terpusat.
10. Tergantung pada orang dewasa untuk memusatkan perhatian selama aktivitas bermain.
11. Menjadi sangat gembira bila berada di keramaian, misalnya di pasar swalayan atau restoran yang ramai.

PERATURAN MAKAN UNTUK WAKTU MAKAN
1. Tetapkan jadwal waktu makan. Bila anak tidak makan pada waktunya, hindari memberi makan pada jam yang lain. Bertahanlah pada jadwal. Jadwal terdiri dari 3 kali makanan utama dan 2 kali makanan kecil. Jangan diberikan makanan kecil ekstra, meskipun anak belum makan pada salah satu waktu makan. Hal ini akan membuat anak mulai mengerti rasa lapar dan kapan dia makan bila merasa lapar. Bila waktu makan akan tiba, bicarakan mengenai rasa lapar. Setelah makan, bicarakan mengenai rasa kenyang.
2. Jangan khawatir mengenai berapa banyak yang dimakan waktu jam makan. Bila sudah selesai makan, segera bereskan makanan. Bila anak tidak dapat bermain di lantai tanpa pengawasan, cobalah memberikan beberapa gelas ukur, Tupperware dan sendok kayu selama dia ada di kursi tinggi. Saatnya anda menyelesaikan makanan anda sendiri.
3. Mulailah dengan makanan yang dapat dimakan sendiri oleh anak, seperti pisang atau roti tawar.
4. Di samping menggunakan sendok, dimana anak seringkali menolak setelah mengalami muntah, gunakan sesuatu yang lain – seperti sikat gigi Nuk, atau roti batang untuk dicelupkan ke yogurt, puree buah, puding. Yakinlah menggunakan makanan yang dapat memotivasi anak, misalnya roti batang sebagai alat makan. Biarkan bayi anda mencelupkan roti batangnya sementara anda membantu anak yang lain. Selalu perhatikan apakah dia selalu dalam kontrol dengan ‘alat makannya’. Anda dapt mengenalkan sendok kembali setelah roti batang atau sikat gigi Nuk mulai bekerja.
5. Selalu memakan sesuatu dengan anak anda. Hal ini mengenalkan waktu makan dan membuat dia tertarik untuk makan juga. Hati-hati jangan berdiet bila melakukan program ini. Karena anak akan pendapat kesan bahwa anda menghindari makanan untuk menurunkan berat badan dan akan meniru perilaku anda.
6. Semua makanan ada di kursi tinggi atau tempat duduk lain yang sesuai. Jangan makan selama anak mengelilingi rumah atau sedang berada di tempat lain ( misalnya bak mandi atau mobil )
7. Pindahkan piring, makanan, cangkir dll bila mereka melemparnya. Berikan satu peringatan yang jelas ” jangan dilempar”. Bila masih melempar, turunkan anak dari kursi dan hentikan acara makan.
8. Arahkan anak untuk makan sendiri bila memungkinkan. Untuk anak yang kecil yang belum dapat memakai sendok karena mereka belum mampu mengendalikannya, anda dapat
9. Batasi waktu makan 30 menit. Akhiri makan lebih awal bila anak membuang, melempar atau bermain dengan makanan atau melakukan perilaku disruptif lain. Bila anak tidak makan, ambil makanan setelah 10 atau 15 menit.
10. Pisahkan waktu makan dengan waktu bermain. Jangan memberikan mainan di kursi tinggi atau meja makan. Jangan bermain pada waktu makan. Jangan menggunakan permainan untuk menyuap dan jangan menggunakan makanan untuk bermain.
11. Jangan memuji anak bila dia makan dan mengunyah. Perlakukan acara makan dengan wajar. Tidaklah wajar untuk memuji karena anak makan dan mengunyah.
12. Jangan melakukan permainan dengan makanan ke dalam mulut anak
13. Jagalah ekspresi tidak setuju dan frustrasi bila anak tidak mau makan
14. Berikan makanan padat dahulu baru diikuti cairan. Minum akan mengisi lambung sehingga anak tidak merasa lapar.
15. Rasa lapar akan memotivasi anak untuk makan. Jangan memberikan sesuatu diantara waktu makan, termasuk susu atau jus. Anak akan minum bila haus.
16. Buatlah waktu khusus bermain sebelum atau sesudah makan untuk memberikan perhatian pada anak dengan cara yang positif.
17. Pergunakan waktu makan sebagai waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Dalam hal ini perhatian terpusat pada sosialisasi daripada mengkhawatirkan seberapa banyak anak makan. Yakinkan bahwa TV sudah dimatikan.
18. Semua pengasuh harus menjalankan program ini atau program tidak akan berjalan.

Problem Kontrol Motorik pada Anak
1. Seringkali merusakkan – terlihat tidak dapat menilai seberapa keras dan lunaknya mainan untuk ditekan.
2. Melewati rintangan atau menjatuhkan diri
3. Sering jatuh ( pada usia lebih dari 18 bulan )
4. Postur tubuh merosot waktu duduk atau berdiri
5. Menyandarkan kepala pada tangan atau lengan
6. Memilih untuk berbaring daripada duduk atau lebih baik duduk daripada berdiri.
7. Menggenggam obyek tidak kuat ( pensil, gunting atau sendok ) atau menggenggam terlalu kuat.
8. Cepat lelah selama aktivitas fisik
9. Sendi longgar dan lentur, dapat duduk dengan posisi tungkai seperti huruf W
10. Kesulitan memanipulasi obyek-obyek kecil, seperti mengaitkan.
11. Makan dengan cara yang tidak rapi
12. Tidak mempergunakan 2 tangan untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan 2 tangan seperti memegang kertas selagi menggambar, memegang gelas selagi menuangkan.

Problem Perencanaan Motorik pada Anak
1. Takut mencoba aktivitas motorik baru ; suka melakukan hal yang sama dan dapat diperkirakan
( misalnya aktivitas rutin )
2. Kesulitan membuat perubahan dari satu aktivitas ke aktivitas berikutnya.
3. Harus dipersiapkan beberapa kali sebelum satu perubahan diperkenalkan
4. Tidak dapat merencanakan urutan aktivitas; memerlukan struktur dari orang dewasa.
5. Mudah frustrasi
6. Aktivitasnya sangat terkontrol
7. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
8. Agresif dan destruktif dalam bermain
9. Mudah temper tantrum
10. Tidak dapat merangkak sebelum mulai berjalan
11. Kesulitan dalam berpakaian dan merangkai gerak.

Melatih Konsentrasi Anak

Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.
Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak sulit berkonsentrasi? Banyak para orangtua yang bingung dan kawatir dengan keterangan sekolah dan pihak pengajar mengenai anak yang termasuk hiperaktif dan sulit dalam berkonsentrasi.

Pertanyaan yang harus bisa dijawab terlebih dahulu adalah apakah penyebab anak mengalami gangguan dalam konsentrasi? Bentuk pengajarannya yang tidak menarik dan membosankan ataukah anak memang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian).

Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif.

Contoh bentuk dari masalah ini adalah sering melakukan kesalahan sembrono, tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, dan mudah lupa dengan aktifitas sehari hari. Dan hal ini terjadi ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, sekolah, klinik dan lain lain.

Ibu Nani (nama samaran) mengatakan: “Anakku sebelum menginjak umur 8 tahun punya masalah dengan konsentrasinya tetapi semakin besar aku perhatikan perkembangannya di sekolah maupun lingkungan menjadi suka berpikiran kosong. Itu saya temuin ketika dia les matematika yang mana sering bengong dan tidak membuat jawaban sehingga harus ditegur dan ditegur lagi untuk mengingatkan dia dalam bertugas. Kalau di tempat les bolanya pun dia sering bengong pula. Kira kira solusi apa yang pantas buat anak saya agar dia dapat lebih konsentrasi di sekolahnya. Karena kalau secara omongan kayaknya sudah capek saya memberitahu dia.”

Ada beberapa hal yg bisa Ibu Nani lakukan dalam menangani masalah konsentrasi anak. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi :
1. Membuat rules. Jadi, Ibu Nani dan Anak bisa duduk bersama untuk membuat rules yang akan disepakati bersama saat belajar. Misalnya :
a. Sit down properly
b. Look at the teacher (siapa pun gurunya)
b. Listen to the teacher
d. Do your work fast
e. etc (Ibu bisa tambahkan sesuai kondisi anak)

Kemudian tulis rules tersebut, dan tempel di tempat belajarnya di bagian yg mudah terlihat. Dengan demikian, diharapkan nantinya Ibu Nani tidak lagi selalu berteriak untuk mengingatkan, karena rules tersebut diharapkan bisa menjadi “sign” bagi anak tentang perilaku yang harus ditampilkan saat ia belajar. Diharapkan pula, anak bisa menggeneralisasi rules tersebut di sekolah.

2. Membuat “sign” dengan waktu, sehingga anak sadar bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limit-nya. Misalnya : dengan menggunakan timer atau stop watch. Bila ia sudah memahami konsep jam, Ibu Nani bisa meletakkan jam weker di dekatnya, dan mengatakan : “Adek punya waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas. Sekarang jam 8, jadi jam 8.30 Adek harus sudah bisa menyelesaikan semua tugas itu.”

3. Saat belajar di rumah, Ibu Nani harus membuat simulasi seperti layaknya belajar di sekolah. Jadi, usahakan setting tempat belajarnya juga seperti di kelas (ada papan tulis dan Ibu Nani bisa menuliskan soal soal atau materi belajar dan meminta adek mencatatnya, dan lain lain). Saat mengajarkan juga usahakan seperti guru nya di sekolah (Ibu Nani berjalan-jalan saat menyampaikan materi sehingga kita bisa melihat apakah anak memperhatikan atau tidak), jadi tidak selalu duduk di samping anak.

4. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali. Misalnya, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali dalam satu jam (per 20 menit) dan diselingi dengan istirahat selama lima menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit, maka bisa kita tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit, dan seterusnya. (Maesyaroh, Fajriati : Psikologi Bunga Matahari)

Perlu di perhatikan, semuanya akan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, kesabaran dan do’a dari kita. Proses ini akan sangat panjang dan lama. Untuk melatih konsentrasi anak bisa dilakukan cara mudah berikut ini:
1.Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran beras atau kacang merah sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak….
2. Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dgn menggunakan tutup botol tsb. dilakukan dgn tangan kanan dan kiri secara bergantian.
3. Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak.Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.
4.Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan.
5. Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera2 sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas).

Semua kegiatan diatas dapat di barengi dengan sebuah pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka agar ada timbal balik dan motivasi dari apa yang telah ia lakukan. Kegiatan diatas juga bisa digunakan dalam bentuk permainan bagi anak. Sebelumnya dilihat dulu mana mana dari poin diatas yang bisa di lakukan oleh anak.

November 9, 2012

I don't Understand, but I trust You

with god
Almarhum John Wimber adalah pendiri gereja-gereja Vineyard, dimana salah satu gereja Vineyard Airport di Toronto menjadi terkenal ke seluruh dunia beberapa tahun yang lalu dengan "Toronto Blessings"-nya. John Wimber sendiri adalah gembala dan penginjil yang terkenal dengan konsep "Penginjilan Dengan Api" dimana manifestasi kuasa Roh Kudus nyata dalam tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat.
Bagaimana John Wimber bertobat dan sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan? Kisahnya cukup menarik. Beberapa puluh tahun yang lalu John diajak temannya untuk mengikuti suatu "Bible Study" pada seorang guru. John tidak bertobat karena pelajaran-pelajaran di dalam Bible Study itu, namun oleh suatu kejadian yang menimpa guru Bible Study ini. Gurunya memiliki dua orang anak, satu putera dan satu puteri. Putera pertamanya mengalami kecelakaan fatal bersama mobilnya sehingga sejak saat itu kakinya lumpuh.
Jika kita mengalami peristiwa tragis dimana anak kita lumpuh, bagaimana reaksi kita? Guru ini tetap melayani Tuhan dengan setia. Ia tidak mempertanyakan, mengapa Tuhan mengizinkan kecelakaan itu terjadi. Mengapa Tuhan tidak melindungi keluarga hamba-Nya yang setia melayani Tuhan? Tidak, ia tidak bertanya-tanya atau kecewa kepada Tuhan.
Pada suatu malam ketika pelajaran Bible Study berlangsung dimana John Wimber ikuti, pintu rumah itu diketuk. Dua orang polisi masuk dan menanyakan apakah ini rumah Anne. Gurunya mengiyakan.
"Ada kabar buruk!" kata salah seorang polisi itu, "Puteri bapak dibunuh orang secara brutal. Saat ini jenazahnya masih di Rumah Sakit untuk diautopsi."
Tentu saja gurunya kaget, karena ketika Anne pergi kuliah malam itu tidak ada firasat buruk apapun.
"Ya, terima kasih atas informasinya, Officer! Saya akan segera ke Rumah Sakit." kata gurunya.
Yang membuat John Wimber bertobat dan mau percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan adalah doa gurunya yang berbunyi:
"Father, I don't understand. I won't ask You any question. I trust You." Luar biasa sekali orang ini! Dia tidak mengerti mengapa anak gadisnya dibunuh orang dengan biadab. Dia tidak mengerti mengapa hamba Tuhan seperti dia mengalami peristiwa tragis lagi. Dia tidak mengerti mengapa Tuhan tidak melindungi anak gadisnya. Tapi ia tidak mau bertanya apapun. Dia tidak mempertanyakan kasih Tuhan dalam tragedi kematian anak gadisnya. Dia tidak mempertanyakan mengapa Tuhan memanggil pulang anak gadisnya secepat itu. Ia hanya percaya kepada Tuhan. Ia percaya Tuhan itu baik dan sangat baik. Ia percaya bahwa Tuhan mempunyai rancangan-rancangan yang terbaik.
Melihat kejadian dan reaksi gurunya, John tersentuh dan mau sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, apapun yang terjadi. Ia ingin menjadi seperti gurunya yang bisa mempercayakan diri kepada Tuhan dalam situasi sesulit apapun. I don't understand, but I trust You...
Source: PENTAS KESAKSIAN