Konsentrasi belajar anak
adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu,
hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak
bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi
dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan
bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.
Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak
sulit berkonsentrasi? Banyak para orangtua yang bingung dan kawatir
dengan keterangan sekolah dan pihak pengajar mengenai anak yang termasuk hiperaktif dan sulit dalam berkonsentrasi.
Pertanyaan yang harus bisa dijawab terlebih dahulu adalah apakah
penyebab anak mengalami gangguan dalam konsentrasi? Bentuk pengajarannya
yang tidak menarik dan membosankan ataukah anak memang mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi.
Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan
ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam
bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (sulit memusatkan perhatian).
Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD)
adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif
(mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan
suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan
menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif.
Contoh bentuk dari masalah ini adalah sering melakukan kesalahan
sembrono, tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi,
mudah teralihkan, dan mudah lupa dengan aktifitas sehari hari. Dan hal
ini terjadi ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, sekolah,
klinik dan lain lain.
Ibu Nani (nama samaran) mengatakan: “Anakku sebelum
menginjak umur 8 tahun punya masalah dengan konsentrasinya tetapi
semakin besar aku perhatikan perkembangannya di sekolah maupun
lingkungan menjadi suka berpikiran kosong. Itu saya temuin ketika dia les matematika yang mana sering bengong
dan tidak membuat jawaban sehingga harus ditegur dan ditegur lagi untuk
mengingatkan dia dalam bertugas. Kalau di tempat les bolanya pun dia
sering bengong pula. Kira kira solusi apa yang pantas buat anak
saya agar dia dapat lebih konsentrasi di sekolahnya. Karena kalau
secara omongan kayaknya sudah capek saya memberitahu dia.”
Ada beberapa hal yg bisa Ibu Nani lakukan dalam menangani masalah konsentrasi anak. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi :
1. Membuat rules. Jadi, Ibu Nani dan Anak bisa duduk bersama untuk membuat rules yang akan disepakati bersama saat belajar. Misalnya :
a. Sit down properly
b. Look at the teacher (siapa pun gurunya)
b. Listen to the teacher
d. Do your work fast
e. etc (Ibu bisa tambahkan sesuai kondisi anak)
Kemudian tulis rules tersebut, dan tempel di tempat belajarnya di
bagian yg mudah terlihat. Dengan demikian, diharapkan nantinya Ibu Nani
tidak lagi selalu berteriak untuk mengingatkan, karena rules tersebut
diharapkan bisa menjadi “sign” bagi anak tentang perilaku yang harus
ditampilkan saat ia belajar. Diharapkan pula, anak bisa menggeneralisasi
rules tersebut di sekolah.
2. Membuat “sign” dengan waktu, sehingga anak sadar
bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limit-nya. Misalnya : dengan
menggunakan timer atau stop watch. Bila ia sudah memahami konsep jam,
Ibu Nani bisa meletakkan jam weker di dekatnya, dan mengatakan : “Adek punya waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas. Sekarang jam 8, jadi jam 8.30 Adek harus sudah bisa menyelesaikan semua tugas itu.”
3. Saat belajar di rumah, Ibu Nani harus membuat simulasi seperti layaknya belajar di sekolah.
Jadi, usahakan setting tempat belajarnya juga seperti di kelas (ada
papan tulis dan Ibu Nani bisa menuliskan soal soal atau materi belajar
dan meminta adek mencatatnya, dan lain lain). Saat mengajarkan juga
usahakan seperti guru nya di sekolah (Ibu Nani berjalan-jalan saat
menyampaikan materi sehingga kita bisa melihat apakah anak memperhatikan
atau tidak), jadi tidak selalu duduk di samping anak.
4. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali.
Misalnya, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali
dalam satu jam (per 20 menit) dan diselingi dengan istirahat selama lima
menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit, maka bisa kita
tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit, dan seterusnya. (Maesyaroh,
Fajriati : Psikologi Bunga Matahari)
Perlu di perhatikan, semuanya akan membutuhkan usaha maksimal,
konsistensi, kesabaran dan do’a dari kita. Proses ini akan sangat
panjang dan lama. Untuk melatih konsentrasi anak bisa dilakukan cara mudah berikut ini:
1.Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran beras atau
kacang merah sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi
juga melatih motorik halus anak….
2. Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dgn menggunakan
tutup botol tsb. dilakukan dgn tangan kanan dan kiri secara bergantian.
3. Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan
memori anak.Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.
4.Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan.
5. Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg
baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera2 sensoris,
melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan
gaya bebas).
Semua kegiatan diatas dapat di barengi dengan sebuah pemberian
hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka agar ada timbal balik dan
motivasi dari apa yang telah ia lakukan. Kegiatan diatas juga bisa
digunakan dalam bentuk permainan bagi anak. Sebelumnya dilihat dulu mana
mana dari poin diatas yang bisa di lakukan oleh anak.
No comments:
Post a Comment